Jakarta – Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia akan mencatat defisit sebesar 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023, dibandingkan dengan surplus 0,99 persen dari PDB tahun 2022.
“Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan akan mencatat defisit kecil sebesar -0,65 persen dari PDB pada tahun 2023,” kata Asmo dalam pernyataannya, Selasa 17 Oktober 2023.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus USD3,42 Miliar
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan karena kinerja ekspor hingga akhir tahun diperkirakan akan terus menurun akibat harga komoditas yang rendah.
Selain itu juga didorong oleh permintaan global yang belum kuat, di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung.
“Dengan demikian, kita akan melihat surplus perdagangan Indonesia menyempit, karena lemahnya kinerja ekonomi negara-negara tujuan ekspor,” jelasnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada September 2023 sebesar USD20,76 miliar atau turun -5,63 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada Agustus 2023 yang sebesar USD22,0 miliar.
Baca juga: Turun Terus, BPS Catat Nilai Ekspor RI Cuma Segini
Asmo pun mengatakan meskipun neraca perdagangan RI mencatatkan surplus pada September 2023 sebesar USD3,42 miliar atau naik secara bulanan 0,30 persen, namun pertumbuhannya terus menyempit.
“Surplus tersebut menyempit signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dalam mengevaluasi kinerja agregat selama delapan bulan pertama, surplus neraca perdagangan menurun dari USD39,80 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi USD27,75 miliar sembilan bulan pertama 2023,” jelasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra