Analisis

Ekspor Impor : Kredit Tumbuh Minim, NPL Melonjak

Jakarta – Nilai ekspor dan impoir Indonesia pada Juni 2016 tercatat mengalami penurunan. Demikian laporan yang dirilis Biro Pusat Statistik pada 15 Juli 2016.

Nilai ekspor Indonesia hingga Juni 2016 mencapai US$69,51 miliar, menurun sebesar 11,37% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan turut didorong oleh menurunnya ekspor non migas sebesar 7,92% menjadi US$63,01 miliar. Penurunan terbesar terjadi pada benda-benda dari besi dan baja. Sementara peningkatan ekspor non migas terjadi pada ekspor bijih, kerak dan abu logam.

Berdasarkan sektornya, penurunan ekspor non migas dipicu oleh sektor hasil tambang dan lainnya sebesar 23,64%. Penurunan ekspor non migas juga terjadi pada sektor hasil pertanian dan sektor industri pengolahan. Pada periode tersebut kedua sektor tersebut masing-masing menurun sebesar 18,14% dan 4,73%.

Dari sisi impor, hingga Juni 2016 tercatat menurun sebesar 10,86% menjadi US$65,92 miliar. Pada periode tersebut, impor migas turun 34,24% menjadi US$8,61 miliar. Sementara impor non migas turun 5,83% menjadi US$57,30 miliar. Penurunan impor non migas didorong oleh menurunnya impor pesawat terbang dan bagiannya (penurunan terbesar). Sementara peningkatan impor non migas terjadi pada golongan meskin dan peralatan listrik.

Menurut data BPS, nilai impor bahan baku penolong dan barang modal hingga Juni 2016 tercatat menurun, masing-masing sebesar 12,23% dan 15,31%. Sebaliknya, peningkatan terjadi pada impor golongan barang konsumsi, dengan peningkatan mencapai 13,57%.

Dilihat dari sisi pembiayaan perbankan, kredit berorientasi ekspor maupun impor mengalami peningkatan, kendati meningkat tipis. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Mei 2016, kredit berorientasi ekspor tercatat meningkat sebesar 2,29% dari Rp75,58 triliun pada Mei 2015 menjadi Rp93,22 triliun. NPL kredit berorientasi ekspor terkendali di level 2,38%. Secara nominal, NPL-nya menurun sebesar 18,66% dari Rp2,73 triliun pad Mei 2015 menjadi Rp2,22 triliun.

Masih berdasarkan data OJK, kredit berorientasi impor mengalami kenaikan sebesar 1,39% dari Rp59,09 miliar pada Juni 2015 menjadi Rp56,39 triliun pada Mei 2016. Hanya saja, NPL-nya sedikit diluar kendali, yakni sebesar 5,055% atau diatas ketentuan regulator yang maksimal 5%. Secara nominal, NPL kredit berorientasi impor pada Mei 2016 mengalami lonjakan sebesar 119,50% (year on year) dari Rp1,29 triliun menjadi Rp2,85 triliun.

 

Kredit Berorientasi Ekspor dan Impor

Jenis Kredit Nilai       (Rp Miliar) Pertumbuhan  Kredit Rasio  NPL Pertumbuhan  NPL       (nominal)
Ekspor 93.222 2,29% 2,38% 18,66%
Impor 56.388 1,39% 5,05% 119,50%

Sumber : OJK

Apriyani

Recent Posts

Tabungan Jadi Prioritas atau Gaya Hidup? Simak Pandangan UOB Indonesia

Jakarta - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi… Read More

4 hours ago

OJK Tegaskan Penghapusan Utang Kredit UMKM Tak Perlu Aturan Turunan

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa penghapusan utang kredit usaha mikro, kecil, dan… Read More

6 hours ago

Strategi UNTD Hadapi Persaingan Motor Listrik di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Tangerang - PT Terang Dunia Internusa Tbk, menyiapkan sejumlah strategi khusus menghadapi pelemahan daya beli… Read More

7 hours ago

Gara-gara Kasus Investree, OJK Tegas Bakal Lakukan Ini ke Industri Fintech Lending

Jakarta - Kasus yang menimpa PT Investree Radhika Jaya atau Investree menyita perhatian masyarakat, dianggap… Read More

8 hours ago

Era Open Banking, OJK Wanti-wanti 3 Tantangan Ini ke Industri Perbankan

Jakarta - Istilah open banking mengacu kepada aksesibilitas data yang semakin terbuka, memungkinkan bank untuk… Read More

8 hours ago

Gelar Indonesia Knowledge Forum 2024, BCA Dorong Penguatan Sektor Bisnis

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2024, di… Read More

8 hours ago