Oleh: Eko B Supriyanto
Jakarta – Presiden Jokowi ketika memanggil para bankir di Istana, Kamis 15/3/2018 punya pesan kuat bahwa bank harus berani mengambil risiko dengan memberikan kredit ke sektor riil. Keinginan Presiden mendorong kredit perbankan perlu diapresiasi. Siapa sih bankir yang ngak mau lempar kredit?
Semua bankir pasti mau mengucurkan kredit, karena fungsi bank menerima dana dan menyalurkan dalam bentuk kredit. Apa jadinya kalau bank hanya menerima dana pihak ketiga saja tanpa menyalurkan kredit juga akan menjadi malapetaka sendiri.
Pertanyaan penting sekarang? Apakah saat ini kredit perbankan punya daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi?
Menurut catatan Biro Riset InfoBank, sampai tahun 2014, ternyata pertumbuhan kredit tidak signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kredit tumbuh 11,58% dan ekonomi tumbuh 5,01%. Tahun 2015 ekonomi tumbuh 4,88%, kredit juga tumbuh 10,44% demikian seterusnya hingga akhir tahun 2017. Pertumbuhan kredit terus melambat sejak tahun 2012 dan pertumbuhan ekonomi juga hanya kisaran 5,01% – 5,03%.
Jika melihat kenyataan demikian, maka untuk sementara ekspansi kredit disimpulkan tidak mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan seperti sebelum tahun 2014.
Lalu dari mana sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 3 tahun terakhir ini? Sejak tahun 2015, pertumbuhan ekonomi banyak didorong oleh ekspansi rekening pemerintah yang mendapatkan sumber dana dari utang, baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri. Hal lain yang bisa disimak adalah rasio aset BUMN/GDP terus mendaki hingga 53%. Ini artinya ekonomi sebenarnya dikuasai oleh Negara.
Apakah himbauan Presiden untuk mengucurkan kredit sudah tepat? Apakah benar jika kredit tumbuh 10%-14% pertumbuhan ekonomi akan mengikuti?
Biro Riset Infobank memperkirakan pola pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lagi didorong oleh ekspansi kredit, tapi masih akan terus berlangsung didorong oleh konsumsi dari belanja Negara. Pilkada serentak dengan tambahan konsumsi sekitar Rp50 triliun akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jadi, himbauan Presiden untuk ekspansi kredit tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Hal ini perlu ditegaskan agar Presiden tidak salah mendiagnosa persoalan ekonomi di dalam Negeri. Dan, bank-bank tidak juga secara membabi buta akan menyalurkan kredit. Soalnya, jalau nekad menyalurkan kredit dengan membabi buta dan kalau jadi NPL siapa yang bertanggung jawab?
Untuk itu bank harus tetap hati hati dan memberikan kredit tetap harus dengan perhitungan, karena kalau kredit jadi NPL yang susah tetap bankirnya.(*)
Penulis adalah Pimpinan Redaksi Infobank
Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More
Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More
Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More
Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan pemerintah tengah membahas revisi Peraturan… Read More