Categories: News UpdatePerbankan

Ekonomi Masih Sulit, BPR Ingin Rasio KPMM Kembali ke 8%

Lampung – Bank perkreditan rakyat (BPR) menjadi kelompok bank yang terpapar langsung oleh tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sebab pasar BPR yang mayoritas UMKM juga turut terdampak pandemi. Selain itu, kompetensi dengan bank umum dan perusahaan teknologi finansial juga semakin ketat.

Direktur utama BPR Eka Bumi Artha (Bank Eka), Eko Budiyono berharap regulator dapat membuat kebijakan yang meringankan industri BPR di masa ekonomi yang belum pulih ini, salah satunya mengenai ketentuan modal. Dirinya berharap OJK kembali menurunkan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dari 12% menjadi 8%.

“Sementara pemegang saham untuk tambah modal juga tidak mudah. Di masa pandemi Covid ini, sebaiknya dikembalikan ke 8 persen dulu, nanti kalau sudah kondisi ekonomi stabil barulah 12% diterapkan,” ujar Eko kepada Infobank di kantor Pusat Bank Eka, Kota Metro ditulis, 14/ November 2021.

Seperti diketahui, berdasarkan POJK nomor 5 /POJK.03/2015 Tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank perkreditan rakyat, BPR wajib menyertakan modal minimum yang dihitung menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR (aset tertimbang menurut resiko).

“Harusnya coba dikembalilan ke delapan persen, biar teman-teman BPR enteng mikirnya, biar bisa fokus mengelola aset-aset kreditnya,” ungkapnya.

Secara industri, bisnis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih tumbuh bahkan di tengah tekanan Covid-19. Buktinya, berbagai indikator seperti kredit, aset dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh positif.

Per Juli 2021, Kredit BPR tumbuh 3,01% secara year on year (yoy) menjadi Rp113,87 triliun. DPK tumbuh 10,21 persen mencapai Rp111,21 triliun dan aset naik 7,99% yoy menjadi Rp 159,87 triliun.

Sejalan dengan kinerja industri BPR yang positif, Bank Eka Bumi Artha juga mencatatkan rapor yang membiru. Seluruh pos kinerja BPR ini mulai dari kredit, dana pihak ketiga (DPK), aset, dan labanya menorehkan pertumbuhan positif.

BPR Eka menyalurkan kredit sepanjang 2020 mencapai Rp7,41 triliun atau tumbuh 7,75%. Sementara, DPK-nya juga meningkat 7,08% secara tahunan menjadi Rp3,95 triliun. Alhasil, total aset dan labanya juga ikut terkerek naik masing-masing 5,96% dan 7,89% menjadi Rp8,99 triliun dan Rp235,32 miliar.

“Hingga akhir 2021 kami menargetkan pertumbuhan kredit hingga 3%. Sedangkan di 2022 kita berharap bisa tumbuh sekitar 5%,” ujarnya. (*) Dicky F. Maulana

Evan Yulian

Recent Posts

Bank Mandiri Biayai 1.012 Rumah Subsidi Berkonsep Green House

Jakarta - Bank Mandiri bersinergi dengan PT Delta Mitra Sejahtera untuk menghadirkan Cikande Business Residence… Read More

1 hour ago

Fintech Lending Dinilai Mampu Atasi Gap Pembiayaan UMKM

Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More

1 hour ago

Dukung Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri Sinergi dengan Pengembang

Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More

2 hours ago

BEI Optimistis Pasar Modal RI Tetap Tumbuh Positif di 2025

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More

3 hours ago

Jadwal Operasional BCA Selama Libur Nataru, Cek di Sini!

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More

4 hours ago

IHSG Tinggalkan Level 7.000, BEI Beberkan Biang Keroknya

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More

4 hours ago