Moneter dan Fiskal

Ekonomi DKI Jakarta di 2018 Tumbuh Melambat

Jakarta – Kinerja perekonomian DKI Jakarta di sepanjang tahun 2018 masih terjaga. Hal ini tercermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi di tahun lalu yang masih mampu mencapai 6,17 persen (yoy). Namun demikian, pertumbuhan tersebut melambat atau lebih rendah dibanding pertumbuhan di 2017 yang sebesar 6,20 persen.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Sithowati Sandrarini mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi di 2018 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, namun angka tersebut relatif stabil karena masih mampu tumbuh di atas 6 persen secara keseluruhan di 2018.

Dia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 salah satunya disumbang oleh pertumbuhan Konsumsi Pemerintah yang cukup tinggi atau 16,45 persen (yoy), sejalan dengan adanya peningkatan dana pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) beserta pensiunan pada tahun 2018.

Di sisi lain, semakin dekatnya pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden pada tahun 2019 berdampak pada peningkatan pertumbuhan Konsumsi Lembaga Non-Publik yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mencapai 8,34 persen (yoy), yang salah satunya disumbang oleh berbagai kegiatan partai politik menjelang pesta demokrasi.

Lebih lanjut, pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga tetap terjaga pada tingkat yang cukup tinggi yakni 6,03 persen (yoy), sejalan dengan meningkatnya kemampuan belanja masyarakat Ibu Kota, yang didukung dengan tingkat inflasi sepanjang tahun 2018 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Baca juga: BI: DKI Perlu Cari Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Kendati demikian, kata dia, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pada tahun 2018 yang tercatat 4,67 persen (yoy) belum mampu melampaui pertumbuhan pada tahun sebelumnya, seiring dengan investasi bangunan berupa pembangunan konstruksi dan infrastruktur Ibu Kota yang tidak semasif tahun 2017.

“Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta,” ujarnya seperti dikutip di Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Di sisi lain, tambah dia, kinerja perdagangan luar negeri yang baik juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta di 2018. Ekspor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yakni 8,20 persen (yoy), yang didorong oleh ekspor barang dan ekspor jasa, khususnya melalui kedatangan atlet, ofisial, serta pada pendukung tiap negara yang berlaga di ajang Asian Games pada bulan Agustus hingga September 2018 lalu.

“Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada Impor DKI Jakarta, yang tercatat mencapai 10,34 persen (yoy), sejalan dengan meningkatnya impor barang modal untuk melengkapi pembangunan infrastruktur transportasi massal yang sedang berlangsung,” ucapnya.

Akselerasi pertumbuhan pada komponen pengeluaran tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan lapangan usaha (LU) utama DKI Jakarta. Semakin meningkatnya konsumsi rumah tangga di 2018 memberikan dorongan positif pada LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh mencapai 6,27 persen (yoy) dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya.

Menurutnya, pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta pada tahun 2018 yang tidak sebanyak tahun sebelumnya, berimbas pada pertumbuhan LU Konstruksi yaitu 3,37 persen (yoy) yang tidak setinggi tahun sebelumnya. Melambatnya pembangunan infrastruktur tersebut juga direspons oleh pertumbuhan LU Industri Pengolahan yang juga melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, dan tercatat 5,68 persen.

Dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga stabil pada tahun 2018, Bank Indonesia memperkirakan fase perbaikan ekonomi DKI Jakarta akan berlanjut pada tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi Ibu Kota pada tahun 2019 salah satunya akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga, sejalan dengan tetap terjaganya tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian.

“Penyelenggaraan pesta demokrasi, khususnya pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden pada tahun ini akan mendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT, sejalan dengan semakin masifnya konsolidasi dan koordinasi partai-partai politik menjelang hari pemilihan,” paparnya.

Dirinya mengungkapkan, pembangunan infrastruktur DKI Jakarta pada tahun ini, yang diperkirakan tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, akan berpengaruh juga pada melambatnya pertumbuhan PMTB dan LU Konstruksi, sehingga dapat menjadi faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

9 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

9 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

11 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

11 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

12 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

13 hours ago