Moneter dan Fiskal

Ekonomi Asia Tenggara Diprediksi Mampu Tumbuh 4,5%

Jakarta – Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales (ICAEW) meyakini, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara di tahun ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan ekonomi di 2016 lalu, kendati pertumbuhannya hanya meningkat sedikit.

Penasihat Ekonomi ICAEW & Pimpinan Ekonom Oxford Economic, Priyanka Kishor mengatakan, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara hingga akhir 2017 diperkirakan sebesar 4,5 persen yang ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat.

“Pertumbuhan Asia Tenggara akan kembali ke 4,5 persen pada 2017, dengan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) setahun sedikit lebih tinggi dari 2016,” ujar Priyanka Kishor dalam laporannya yang diterima, di Jakarta, Kamis, 22 Juni 2017.

Perbaikan proyeksi ekonomi di Asia Tenggara ini, kata dia, sejalan dengan realisasi ekonomi Asia Tenggara di kuartal I 2017 yang tumbuh positif. Oleh sebab itu, pihaknya telah meningkatkan prospek pertumbuhan untuk beberapa ekonomi di negara Asia seperti Malaysia dan Thailand.

“Namun, kami berhati-hati dalam perkiraan kami karena berbagai hambatan utama pada peningkatan pertumbuhan kuartal I di kawasan ini,” ucapnya.

Permintaan domestik yang terus meningkat diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara pada tingkat yang stabil. Namun, dampak kebijakan moneter untuk merangsang permintaan domestik masih terbatas, lantaran masih adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat.

“Seperti memburuknya inflasi, tingkat utang yang tinggi, kekhawatiran stabilitas keuangan, penurunan transmisi kebijakan moneter, dan keinginan untuk memberi keleluasan kebijakan jika terjadi guncangan eksternal,” tegasnya.

Namun disisi lain, lanjut dia, Filipina, Malaysia dan Indonesia justru diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada kuartal yang akan datang. “Ada juga kurangnya keinginan politik untuk mengeksplorasi pilihan kebijakan ekspansi fiskal,” paparnya.

Sementara itu, Direktur Regional ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington menambahkan, bahwa permintaan domestik diperkirakan akan terus mendukung pertumbuhan di kawasan Asia Tenggara ini, mengingat pemulihan yang cepat di dalam perdagangan global.

“Negara-negara ASEAN perlu fokus pada penyediaan lingkungan investasi bisnis yang lebih menarik. Lebih banyak stimulus fiskal guna mendukung permintaan domestik adalah salah satu cara agar bisa tercapai,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

2 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

3 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

3 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

22 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

23 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

23 hours ago