Jakarta – Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat (AS) dan China pada 2025 akan memberikan tekanan cukup besar bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
“Amerika dan China turun kita khawatirkan akan berdampak pada Indonesia,” katanya, Kamis, 19 Desember 2024.
Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) Oktober 2024, perekonomian dunia masih stagnan di level 3,2 persen pada 2025. Adapun, AS mengalami penurunan di level 2,2 persen dan China di level 4,5 persen.
Baca juga : Ekonomi AS Tumbuh 3 Persen di Triwulan II-2024, Ini Pendorongnya
“Ini yang kita khawatirkan kalau terjadi ya. Indonesia sendiri relatif stagnan, agak berat bisa di level 5,6 persen di 2025,” jelasnya.
Lanjutnya, menilik ketidakpastian ekonomi dunia saat ini perlu adanya antisipasi yang dilakukan, termasuk Indonesia.
“Negara-negara juga akan mulai melakukan usaha, terutama melakukan pelonggaran terhadap kebijakan moneter. Tapi Indonesia belum melakukan itu karena rupiah kita melemah,” jelasnya.
Baca juga : Pelemahan Ekonomi China dan Hong Kong Bawa Berkah Bagi RI, Kok Bisa?
Pihaknya pun memproyeksi pada 2025, akan terjadi pelonggaran terkait kebijakan suku bunga akan diturunkan namun tidak drastis hingga 2026.
“Maka konsekuensinya, bisa juga berdampak terhadap kredit dan nilai tukar,” jelasnya.
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta – KB Bank menjalin kemitraan dengan PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) melalui program… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta - Per 1 Januari 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan seluruh perusahaan asuransi dan… Read More