Ekonomi dan Bisnis

Ekonom Kritisi Pemerintah Tidak Memanipulasi Data Rasio Kemiskinan

Jakarta– Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengimbau pemerintah agar tidak memanipulasi data rasio kemiskinan nasional. Dirinya menyebut, Pemerintah telah mengklaim angka kemiskinan yang turun diatas 10 persen namun nyatanya, batas kategorinya saja yang diturunkan.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur kemiskinan bukan indikator yang berlaku secara internasional. Karenanya ia meminta pemerintah untuk bersikap jujur dalam mengemukakan data.

“Indikatornya USD 1 sehari, tapi begitu kita gunakan standar internasional  USD 2 atau sekitar Rp27.000 yang miskin nambah banyak,” kata Rizal Ramli pada diskusi Sistem Ekonomi Berkeadilan: Mengurai Kesenjangan di kantor sekretariat Pergerakan Indonesia Jakarta, Kamis 22 Febuari 2018.

Tak hanya itu, dirinya juga menyebutkan bahwa kekayaan negara hanya dinikmati oleh sekitar 20 persen kalangan atas. Sementara 40 persen di kalangan menengah masih diambang kemiskinan dan yang paling miris bahwa 40 persen masyarakat yang paling miskin merasakan bagaimana dampak dari ketimpangan yang terjadi.

Baca juga: Atasi Kemiskinan, Pemerintah Alokasikan Rp 292,8 Triliun

Senada dengan Rizal Ramli, Ekonom yang juga Direktur Institute For Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati membenarkan bahwa masih adanya ketimpangan ekonomi. Dirinya juga mengimbau pemerintah untuk tidak mengencangkan kebijakan perpajakan guna mengurangi angka ketimpangan tersebut.

“Kesenjangan ekonomi nyata, Indeks Gini hampir 0,4 dari mana Pancasilanya? Itu artinya kita sudah tidak konstitusional,” tambah Enny.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2017 mencapai 26,58 juta orang penduduk. Angka ini turun 1,19 juta orang dari sebelumnya pada Maret 2017 sebesar 27,77 juta penduduk.

Selain itu, BPS pada September 2017 telah mencatatkan tingkat ketimpangan penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,391. Angka ini menurun sebesar 0,002 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 yang sebesar 0,393. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,394 turun sebesar 0,003 poin. (*)

Suheriadi

Recent Posts

Komunitas Otomotif Apresiasi Satgas Nataru Pertamina Tekan Angka Kecelakaan

Jakarta – Sejumlah komunitas otomotif mengapresiasi kinerja Satgas Nataru Pertamina dalam menjaga ketersedian pasokan bahan… Read More

9 hours ago

LPEI Dorong Komoditas Gula Aren Pandeglang Mendunia, Begini Upaya yang Dilakukan

Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus mendorong ekspor gula aren Indonesia yang semakin… Read More

10 hours ago

Mejeng di Big Bang Festival, Karcher Unjuk Teknologi Pembersih Canggih

Jakarta - Karcher Indonesia menghadirkan solusi kebersihan rumah tangga dalam ajang Big Bang Festival 2024,… Read More

12 hours ago

Dorong Literasi Keuangan, Bank Mandiri Kenalkan Produk Perbankan ke 93.000 Pelajar

Jakarta - Bank Mandiri terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat sesuai program yang dicanangkan… Read More

14 hours ago

Target Penyaluran KUR 2025 Naik jadi Rp300 Triliun

Jakarta – Pemerintah menetapkan target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun untuk 2025. Hal ini ditetapkan dengan… Read More

17 hours ago

Wamen BUMN Cek Langsung Kesiapan SPKLU PLN Layani Kebutuhan Nataru

Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Komisaris PT PLN (Persero), Aminuddin… Read More

18 hours ago