Moneter dan Fiskal

Ekonom DBS: Defisit Fiskal RI Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain

Jakarta – Chief Economist DBS Bank Taimur Baig menyebutkan defisit fiskal sebesar 2,45-2,82 persen yang ditargetkan pemerintah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara lain di dunia.

“Sebagian besar negara di dunia akan beruntung jika bisa mendiskusikan defisit sekitar 2,8 persen PDB (Produk Domestik Bruto). Sebagian besar negara di dunia saat ini sedang mendiskusikan defisit PDB sebesar 5–8 persen,” ujar Taimur Baig dalam DBS Asian Insights Conference 2024, Selasa 21 Mei 2024.

Meski demikian, target defisit fiskal tahun 2025 lebih tinggi dibandingkan relisasi defisit fiskal pada 2024, yakni di 1,65 persen terhadap PDB.

Baca juga: Sri Mulyani Tetapkan Defisit Fiskal 2,82 Persen di Awal Pemerintahan Prabowo

Taimur mengungkapkan lebih tingginya defisit fiskal tersebut disebabkan oleh berbagai program yang di usung oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.

“Sebagian besar program yang akan menyebabkan defisit fiskal meningkat berkaitan dengan konsumsi domestik atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri, subsidi untuk membantu masyarakat yang sangat miskin, yang membutuhkan, subsidi dan program dukungan permintaan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Taimur menyebutkan bahwa sebagian besar negara di dunia juga memiliki diskusi tentang rasio utang terhadap PDB sebesar 100 persen, bahkan lebih. Berbeda dengan Indonesia, yang sudah mewaspadai rasio utang sebesar 35-40 persen terhadap PDB.

“Jadi dari sudut pandang internasional, utang Indonesia atau defisit Indonesia tidaklah tinggi menurut standar apa pun. Hal itu bukan sesuatu yang membuat lembaga pemeringkat tak khawatir terhadap Indonesia,” jelasnya.

Baca juga: Neraca Pembayaran Indonesia Defisit USD6 Miliar di Triwulan I 2024

Dengan kata lain, investor tidak merasa khawatir untuk berinvestasi di RI, terutama bagi para investor obligasi global. Pasalnya, mereka mengetahui arah kebijakan suku bunga yang paling aman dan mata uang yang paling stabil.

“Mereka (investor) mengambil banyak isyarat global dan di antara isyarat global yang mereka ambil, seperti yang anda tahu, suku bunga mana yang paling aman, mata uang mana yang paling stabil dan berdasarkan itu mereka membuat keputusan investasi,” ungkapnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

2 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

4 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

5 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

7 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

12 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

13 hours ago