Jakarta – Ekonom CORE Indonesia, Ina Primiana mengungkapkan bahwa hilirisasi telah berdampak pada kenaikan ekspor Indonesia dengan produk yang memiliki nilai tambah.
“Kita bisa mengatakan bahwa hilirisasi yang terjadi itu memang berdampak. Dampaknya itu menyebabkan adanya ekspor kita meningkat dengan produk yang memiliki nilai tambah,” ujar Ina dalam CORE Economic Outlook 2024, Selasa 23 Januari 2024.
Lebih jauh dia menjelaskan, bahwa terjadi pergeseran rasio ekspor hilir dan ekspor bahan mentah akibat dari program hilirisasi. Di mana, ekspor produk hilir dari berbagai komoditas meningkat sejak adanya program hilirisasi.
Baca juga: Debat Keempat Pilpres, Gibran Tegaskan Akan Lanjutkan dan Perluas Hilirisasi Jokowi
Secara rinci, pada komoditas nikel rasio ekspor hilir sudah mencapai 99 persen, sedangka ekspor bahan mentah nikel hanya 1 persen. Disusul, komoditas kelapa sawit sebesar 89 persen yang dieskpor merupakan produk hilirisasi, dan 11 persen nya ekspor bahan mentah.
Sedangkan, komoditas rumput laut ekpor hilirnya sudah mencapai 33 persen dan untuk ekspor bahan mentah 67 persen. Meski belum terjadi pergeseran rasio yang signifikan, namun komoditas rumput laut ini diprediksi baru akan bergeser di tahun 2030.
“Jadi sudah terjadi pergeseran rasio ekspor hilir dan ekspor bahan mentah akibat dari program hilirisasi, jadi ekspor produk hilir itu dari komoditas ini meningkat,” ungkapnya.
Ina menambahkan, hal ini juga berdampak kepada peningkatan tenaga kerja di sektor industri. Dari tahun 2022 ke 2023 saja tenaga kerja meningkat menjadi 19,34 juta.
“Kalau kita lihat sebetulnya meskipun dia terbuka lapangan pekerjaan, tapi memang masih di informal yang masih banyaknya di sektor informal,” imbuhnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2023 sebesar USD22,41 miliar atau naik 1,89 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada November 2023 yang sebesar USD22 miliar.
Baca juga: RI Mulai Menikmati Dampak Hilirisasi, Pemerintah Disarankan Lakukan 2 Hal Ini
Adapun, nilai ekspor komoditas nikel Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,09 persen secara bulanan (mtm) di Desember 2023. Kemudian, pada Desember 2023 nilai ekspor nikel sebesar USD521,8 juta.
Sementara, untuk total volume ekspor nikel tercatat sebanyak 126 juta ton, atau turun sebesar 14,06 persen mtm.
BPS menyatakan penurunan ekspor nikel ini disebabkan oleh turunnya permintaan negara tujuan ekspor. Namun, BPS belum bisa menjelaskan secara terperinci negara mana saja yang mengurangi permintaan nikel. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More
Jakarta – Optimisme para pelaku usaha di Inggris terhadap ekonomi di Tanah Air masih solid.… Read More
Jakarta – Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) baru saja menghelat Securities Crowdfunding Day 2024.… Read More
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More