Jakarta – Ditengah perkembangan ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian risiko dan supply chain turut mempengaruhi sektor perbankan, khususnya para bankir yang menjaga sektor yang memberikan pelayanan kepada nasabahnya.
“Hal ini akan mempengaruhi jalannya pembayaran antara mereka yang wajib untuk membayar karena membeli sesuatu atau mentransfer sesuatu dan mereka yang berhak menerima pembayaran tersebut,” kata Guru Besar Bidang Ekonomi Internasional Nanyang Technological University Singapura Prof. J. Soedradjad Djiwandono, Ph.D dalam acara Mid Year Banking & Economic Outlook 2024, Selasa, 2 Juli 2024.
Menurutnya, hal ini harus perlu diperhatikan karena distrupsi semakin banyak. Di mana, para ekonom selalu mulai dengan mempelajari mikro ekonomi dengan menganalisa ekonomi dari sisi paling kecil yakni bagaimana seseorang mengoptimalkan kepuasan konsumsinya dengan bujet yang terbatas.
Baca juga: Kantongi Izin OJK, Orion Penjaminan Indonesia Siap Dukung Pelaku Usaha Kembangkan Bisnis
“Dan bagi seorang suplier bagaimana menghasilkan barang secara optimal sebanyak-banyaknya tapi dibatasi dengan biaya yang harus dikeluarkan sebesar apa,” jelasnya.
Di lain sisi kata dia, banyaknya distrupsi atau di dunia moderen disebut supply chain begitu rapuhnya karena adanya disrupsi.
“Beberapa bulan terakhir ini, perjalanan shipping melewati Laut Merah terhenti. Dan alternatifnya kapalnya harus melewati jalan yang lebih panjang menyusuri Pantai Afrika, melewati Cape of Good Hope baru sampai ke India. Artinya menambah jarak tempuh 5.000 miles atau 14 hari perjalanan kapal,” bebernya.
Baca juga: Dukung Bisnis Berkelanjutan, CIMB Niaga Salurkan Kredit UMKM Rp24,1 T
Artinya kata dia kondisi ini menyebabkan biaya menjadi lebih tinggi. Mau tidak mau, dunia perbankan harus memperhitungkan apabila mau membiayai importir barang yang tiba-tiba biayanya menjadi bengkak.
“Apakah dia mencukupi dengan mengambil pinjaman yang lama atau perlu di-refinance. Jelas komplikasi ini menambah rumitnya manajemen dari banking hanya karena distrupi yang dulu tidak pernah dipikirkan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More