Jakarta – Menteri Keuangan Nepal Prakash Sharan Mahat mengatakan, resesi ekonomi dunia yang terjadi secara tidak langsung memengaruhi Nepal. Hal tersebut berdasarkan hasil survei yang disajikan sehari sebelum anggaran tahunan negara diumumkan, Minggu (28/5/2023).
Menurutnya, ketika pasar grosir dan eceran, konstruksi dan industri pertambangan dan manufaktur menyusut, dampaknya terlihat pada perekonomian Nepal secara keseluruhan.
Sebagai akibat dari inflasi yang tinggi, turut disebabkan oleh kenaikan tajam produk minyak bumi dan permintaan di pasar menurun.
“Tetapi karena harga minyak bumi turun, kami berharap ekonomi pulih,” kata Mahat dalam presentasi Survei Ekonomi Tahun Keuangan 2022-2023 di Parlemen Federal, dinukil Kathmandu Post, Senin (29/5/2023).
Survei tersebut juga memperkirakan, tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan Nepal akan melambat menjadi 1,86% tahun fiskal, berakhir pada pertengahan Juli 2023.
Di mana, Provinsi Gandaki diperkirakan mencatatkan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 3,74% sedangkan Provinsi Bagmati diperkirakan mencatat laju pertumbuhan terendah sebesar 1,8%.
Dalam survei tersebut, diketahui rata-rata inflasi Nepal dalam delapan bulan pertama tahun fiskal berjalan tetap pada 7,93% dibandingkan dengan 5,53% pada periode yang sama tahun sebelumnya.(*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - Rupiah berpeluang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat ketegangan geopolitik Ukraina dan Rusia… Read More
Jakarta - Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Jumat, 22 November… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More