Jakarta – Upaya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) menyedot perhatian publik beberapa bulan terakhir. Bagaimana tidak, penggabungan (merger) bank syariah milik Himbara yang bernama Bank Syariah Indonesia (BSI) ini digadang-gadang akan memiliki total aset mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Dengan demikian, bank hasil penggabungan akan masuk ke dalam Top 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan Top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Tidak sampai di situ, bank syariah hasil merger yang mulai resmi pada 1 Februari 2021 menjadi BSI itu nantinya akan dibawa menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) 4 dengan modal inti minimal Rp30 triliun pada 2022. Target itu diharapkan bisa tercapai tak lama setelah merger rampung.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN sekaligus Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi belum lama ini.
Dengan begitu, hadirnya bank syariah nasional terbesar ini nantinya benar-benar dapat memberikan manfaat bagi orang banyak dan membawa nama Indonesia ke kancah global sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
“Dengan nanti rights issue ada harapan jadi bank BUKU 4 itu bukan keniscayaan, diharapkan di awal 2022 kami perkirakan cita-cita itu bisa dicapai,” kata Hery Gunardi dalam Webinar Keuangan Syariah 2021.
Seperti diketahui, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia, penetrasi pasar perbankan syariah di Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 4,1%. Angka tersebut bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang mencapai 29%.
Hal itupun yang menjadi salah satu landasan atau niatan Kementrian BUMN melakukan penggabungan ketiga bank syariah milik Himbara tersebut.
Namun yang menarik adalah, efek domino dari hadirnya BSI di kancah industri perbankan syariah Indonesia. Apakah dapat “mengerdilkan” bank-bank syariah lainnya? Atau menjadi tonggak baru dalam industri perbankan syariah dalam menciptakan persaingan yang lebih kompetitif?
Perlu diingat, kehadiran BSI bagaikan sebuah “pecutan” bagi bank-bank syariah lain untuk bisa berbenah dan mengatur strategi baru untuk menghadapi “raksasa” yang terbangun. Jika diabaikan dan hanya mengandalkan strategi lama, maka akan terlindas dan tertinggal.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri menuturkan, dengan adanya BSI tentu akan mendorong pemain syariah lain untuk bisa lebih kuat lagi. Pemilik bank dituntut bisa mencari jalan keluar untuk mendorong permodalan agar lebih kuat lagi, kemudian bisa juga melakukan sinergi dengan beberapa partner strategis.
Hal lain yang juga harus dilakukan yakni dengan meningkatkan inovasi, mengembangkan kapasitas SDM dan lain-lain. Untuk diketahui, tantangan saat ini, perbankan dituntut dapat memenuhi variasi produk dan layanan yang diinginkan masyarakat. Ditengah pandemi ini masyarakat dinilai condong memilih layanan digital dan bertransaksi secara cepat.
“OJK terus mikirkan (insentif) untuk berikan peluang agar bank syariah lain bisa jadi pesaing. Namun kita juga ingin pemiliknya itu untuk terus memikirkan jalan keluar agar permodalan bisa lebih kuat. Kita harapkan seluruh bank syariah indonesi bisa berkembang baik,” kata Kepala Eksekutif Pengawas OJK, Heru Kristiyana.
Infobanknews sendiri coba menemui beberapa pelaku perbankan syariah lain yang saat ini terus berbenah di 2021, salah satunya Bank Net Syariah
Bank yang siap melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) ini mengaku terus membangun infrastruktur digital. Bank yang fokus pada bisnis model ritel dan UMKM berbasis digital ini dijadwalkan melakukan pencatatan saham perdana pada tanggal 2 Februari 2021 dan diharapkan meraih dana berkisar Rp515 miliar hingga Rp525 miliar.
Bahkan, bank yang dulunya bernama Maybank Syariah Indonesia tersebut berniat terus meningkatkan permodalannya dalam beberapa tahun kedepan demi menjaga persaingan dengan bank syariah lainnya.
“Untuk aksi korporasi kita buka peluang bisa dari mana saja, bisa rights issue atau lain-lain. Namun itu ranah pemegang saham,” kata Direktur PT Bank Net Indonesia Syariah, Basuki Hidayat kepada infobanknews.
Pengamat ekonomi dan digital perbankan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara sendiri berkomentar, dengan aset yang jumbo dan jaringan bank syariah BUMN di berbagai daerah tentunya penetrasi pembiayaan BSI tidak hanya melibas bank syariah lain, tapi bisa menggerus pasar bank konvensional.
Salah satu strategi yang bisa dilakukannya adalah penerapan teknologi digital karena pada saat yang bersamaan muncul neo bank. Segmen anak muda di Indonesia menurut data BPS per 21 januari 2021 mencapai 53% dari total populasi yakni milenial 25,8% dan gen Z sebesar 27,9%. Jadi targetnya 144 juta penduduk anak muda yang adaptif terhadap teknologi.
Pergeseran minat penduduk Indonesia terhadap ekonomi syariah sendiri mulai terjadi sejak 2016. Hal tersebut menjadi peluang besar bagi institusi penyedia layanan syariah khususnya perbankan. Walaupun konsep syariah saja dinilai tidak cukup, sehingga perlu dikemas secara digital dengan kualitas pelayanan tinggi, serta adanya institusi yang kuat.
“Jangan yang disasar bisnis tradisional lagi, tapi juga harus berani masuk ke pembiayaan startup misalnya dan bisnis suporting digital lainnya,” ujar Bhima kepada infobanknews.
Ia menilai, kelebihan dari bank syariah sejauh ini adalah fokus pada pengembangan sektor riil khususnya UMKM. Tentunya core business ini perlu ditingkatkan karena pasar usaha mikro di Indonesia masih cukup besar. Setidaknya 50 juta sektor usaha di Indonesia jenisnya mikro.
Bhima berharap ke depan BSI bisa turut mendorong pembiayaan sektor properti karena kebutuhan hunian terus meningkat. “Tentunya dengan skema pembiayaan yang lebih murah sehingga bisa bersaing dengan KPR konvensional,” jelasnya. (*)
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More