Jakarta–Meski hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa kegiatan dunia usaha mulai bergeliat pada kuartal pertama tahun ini, tak begitu halnya dengan permintaan kredit perbankan.
“Demand kredit tentu kalau dilihat survei perbankan kelihatannya kuartal satu atau dua ini belum banyak bergerak,” kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati di Jakarta, Senin, 12 April 2016.
Hendy mengatakan, kemungkinan belum kencangnya permintaan kredit disebabkan oleh masih terkontraksinya sektor industri pengolahan (manufaktur). Padahal permintaan kredit sektor manufaktur biasanya kencang. Ia memperkirakan permintaan kredit akan mulai kencang pada kuartal ketiga.
Masih seretnya penyaluran kredit pada kuartal pertama ini pun diakui oleh Direktur Keuangan PT Bank DKI, Sigit Prastowo. Secara terpisah Sigit mengatakan, pada kuartal pertama ini penyaluran kredit Bank DKI masih belum banyak bergerak dari angka akhir tahun. Akhir tahun lalu Bank DKI mencatat penyaluran kredit Rp25,69 triliun.
“Realisasi kuartal satu sama dengan posisi akhir tahun, karena kami memutuskan untuk melakukan perbaikan aset, dan memang siklusnya kuartal pertama biasanya masih belum banyak,”kata Sigit, kemarin.
Dia mengatakan, kemungkinan permintaan kredit akan mulai bergerak pada kuartal kedua dengan fokus di segmen UMKM dan sektor infrastruktur untuk proyek-proyek Pemerintah Provinsi.
Sementara itu kalangan dunia usaha mengakui kondisi likuiditas perusahaan-perusahaan pada kuartal pertama tahun ini lebih baik dibandingkan kuartal keempat 2015. Hal itu tercermin dari saldo bersih kondisi likuiditas selama tiga bulan terakhir sebesar 34,75% meningkat dari 29,70% pada kuartal terakhir 2015. Selain kondisi likuiditas, kemampuan perusahaan untuk mencetak laba (rentabilitas) juga terindikasi meningkat, tercermin dari saldo bersih kondisi rentabilitas sebesar 31,88% lebih tinggi dibandingkan 28,99% pada triwulan sebelumnya.
Dari sisi pembiayaan, dunia usaha menilai akses kredit perbankan relatif lebih mudah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari saldo bersih akses kredit selama 3 bulan terkhir sebesar 6,77%, meningkat dibandingkan 2,00% pada triwulan keempat 2015. Hasil survei mencatat sebesar 24,21% responden menilai akses kredit perbankan lebih mudah, proporsi responden yang menjawab akses kredit perbankan lebih mudah tersebut meningkat dibandingkan proporsi pada periode sebelumnya sebesar 19,53%. Sementara 58,35% responden berpendapat bahwa dibanding periode sebelumnya akses terhadap kredit perbankan dalam kondisi normal, dan 17,44% menyatakan lebih sulit.
Seperti diketahui, kalangan dunia usaha berpendapat kegiatan dunia usaha pada kuartal pertama 2016 lebih baik ketimbang kuartal keempat 2015. Hal tersebut terungkap dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) kuartal pertama 2016 yang dirilis Bank Indonesia.
Survei yang melibatkan 2.964 perusahaan di seluruh wilayah Indonesia itu mengungkap peningkatan kegiatan usaha terindikasi pada sebagian besar sektor, terutama sekor jasa-jasa dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 2,96% dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan SBT 2,10%. (*) ‘
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More
Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More
Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More