Headline

Dukung Masyarakat Syariah, BI Kaji Revisi Aturan Uang Elektronik

Surabaya – Untuk mendorong masyarakat syariah menggunakan uang elektronik, Bank Indonesia (BI) berencana akan merevisi peraturan uang elektronik terkait penempatan dana float atau dana mengendap uang elektronik yang saat ini hanya berada di bank konvensional.

“Akan ditindaklanjuti dana float uang elektronik yang sesuai syariah,” ujar Deputi Gubernur BI Sugeng di sela-sela kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), Surabaya, Rabu, 12 Desember 2018.

Asal tahu saja, ketentuan mengenai dana mengendap uang elektronik saat ini diatur dalam PBI 20/6/PBI/2018 mengenai uang elektronik. Penerbit uang elektronik wajib menyimpan dana mengendap uang elektronik di bank kelompok BUKU IV atau bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun.

Adapun saat ini bank kelompok BUKU IV yang ada di Indonesia terdiri dari lima bank, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA) dan yang terakhir adalah Bank CIMB Niaga. Kelima bank ini semuanya merupakan bank umum.

Baca juga: Peredaran Uang Elektronik HIMBARA Capai 103,7 Juta Kartu

Lebih lanjut Sugeng mengungkapkan, dalam aturan yang akan direvisi tersebut terdapat dua tindak lanjut yang akan dilakukan untuk mengakomodir prinsip syariah dalam penggunaan uang elektronik. Pertama, terkait ketentuan penyimpanan dana mengendap uang elektronik.

Kemudian yang kedua, adalah penegasan fatwa dari dewan syariah terkait akad uang elektronik terutama yang berbasis chip, dan ketentuan biaya dalam uang elektronik. Pasalnya, beberapa pemain sistem pembayaran sudah memberikan masukan ke BI terkait aturan penempatan dana mengendap ini.

Di tempat yang sama Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Erwin Haryono menambahkan, langkah BI merevisi ketentuan uang elektronik ini bertujuan agar masyarakat yang hidupnya serba syariah, dapat menggunakan uang elektroniknya untuk bertransaksi tanpa takut akan keluar dari prinsip syariah yang ada.

“Karena untuk pengguna syariah, terutama yang sangat strict (ketat) dengan syariah, itu bisa dianggap kurang syariah,” ucapnya.

Maka dari itu, kata Erwin, otoritas sistem pembayaran mewacanakan untuk merevisi Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik. “Kita kan revisi sedikit soal itu,” tutupnya. (*)

 

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

3 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

4 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

4 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

16 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

18 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

19 hours ago