Moneter dan Fiskal

Duh, Sebanyak 14,4% dari Belanja Pemerintah Cuma Buat Bayar Bunga Utang Saja

Jakarta – Direktur Riset CORE Indonesia, A. Akbar Susamto mengatakan, hingga Mei 2023 sebesar 14,4% dari belanja pemerintah digunakan hanya untuk membayar bunga utang, bukan pokok utangnya. Tercatat total utang pemerintah per Mei 2023 sudah mencapai Rp7.788 triliun.

“Di APBN itu ada belanja, belanja itu 14,4% digunakan untuk membayar bunga utang, bunga utangnya saja ya bukan pokok utangnya, jadi yang harus ditanggung untuk bayar bunga utang itu sudah mencapai 14,4%,” ujar Akbar dalam Webinar midyear CORE Indonesia 2023, Kamis 27 Juli 2023.

Baca juga: Menkeu Tarik Utang Rp166,5 Triliun, Bagaimana dengan Penerimaan Negara?

Menurutnya, hal ini merupakan konsekuensi dari defisit APBN yang diambil beberapa tahun terakhir sebagai respons atas pandemi Covid-19, di mana pemerintah meningkatkan utang. Meskipun pemerintah sudah melakukan konsolidasi fiskal. 

“Bahwa ketika pemerintah itu defisit, defisit itu harus ditutup dengan sumber lain selain pendapatan dan sumber itu biasanya adalah berupa utang, dan kalau utang ya konsekuensinya harus membayar utangnya plus juga bunganya,” jelas Akbar.

Meskipun, tambah Akbar, pertumbuhan utang pemerintah cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian pula dengan rasio utang terhadap PDB, pasca pandemi sudah menunjukkan penurunan. Namun, pembayaran bunga utang tahun 2023 diproyeksikan meningkat cukup tajam.

“Sebenarnya justru hubungannya di balik karena paham bahwa situasi akan seperti ini, bahwa kita tahu bahwa kalau diteruskan pemerintah jor-joran belanja, kalau pemerintah terus-terusan defisit yang besar dan tidak segera melakukan konsolidasi fiskal maka bebannya semakin besar,” imbuhnya.

Baca juga: Sri Mulyani Dijuluki “Ratu Pencetak Utang” Ini Perbandingan Total Utang Era Jokowi dan SBY

Sehingga, karena beban bunga utang Indonesia cukup besar, maka dikhawatirkan akan mengganggu kemampuan pemerintah untuk bisa mengalokasikan dana dalam mendorong perekonomian untuk membantu masyarakat.

“Ini perlu mendapat perhatian serius. Tapi, alhamdulillah tapi kita bersyukur bahwa paling tidak tahun 2022 dan 2023 ini seiring dengan terjadinya konsolidasi fiskal, total rasio utang kita terhadap PDB cenderung turun. Disisi lain, utangnya mulai di rem sehingga rasio utangnya mulai mengecil, tentu saja kita berharap ini akan berlanjut,” ungkap Akbar. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

18 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

18 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

19 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

20 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

20 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

23 hours ago