SETELAH melakukan bongkar pasang pengurus di lingkungan BUMN, Erick Thohir, Menteri BUMN, memberi peringatan kepada direksi BUMN untuk tidak merasa aman. Erick beberapa kali mengatakan bahwa pergantian direksi BUMN didasarkan kepada kinerja. Tak terkecuali perusahaan yang terkena dampak pandemi COVID-19. “Saya dari awal bilang dalam memilih direksi saya bukan suka atau tidak suka, berdasarkan key performance indicator,” kata Erick di gedung DPR awal September lalu.
Terakhir, direksi Bank Negara Indonesia (BNI) dibongkar karena alasan kinerja. Statistik memperlihatkan penurunan kinerja BNI di masa pandemi tak jauh berbeda dengan bank BUMN lain. Namun, Kementerian BUMN menilai Direktur Utama BNI yang baru enam bulan bekerja bersama sejumlah direksinya digusur karena indikator labanya yang menurun hingga 42%% per Juni 2020. Jika pergantian direksi benar-benar didasarkan kepada kinerja, lantas bagaimana dengan direksi sejumlah perusahaan BUMN lain yang kinerjanya juga menurun?
Sejumlah BUMN lain juga mencatat penurunan laba. Misalnya BTN yang labanya merosot 41%, Adhi Karya yang labanya anjlok 95%, atau Pertamina yang sampai merugi hingga Rp10,88 triliun per Juni 2020. Yang lebih parah lagi Garuda Indonesia yang selain merugi Rp10,30 triliun, juga mengalami negative networth seperti dialami pada 1997 dimana utangnya lebih besar dibanding asetnya. Garuda yang mencatat ekuitasnya minus Rp1,15 triliun terancam gagal bayar dengan utang menggunung hingga Rp148,28 triliun melampaui asetnya yang sebesar Rp147,23 triliun.
Jika peringatan Erick Thohir berlaku untuk semua direksi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain, maka direksi-direksi perusahaan yang kinerjanya jeblok juga harus siap-siap digusur. Namun kalau posisi mereka tetap aman maka public melihat itu seperti mengkonfirmasi apa yang disampaikan Basuki Tjahaja Permana (BTP), Komisaris Utama Pertamina, bahwa direksi BUMN lebih sibuk membangun lobi dengan Kementerian BUMN untuk mengamankan posisinya ketimbang berorientasi kepada kinerja.
“Direksi-direksi semua main lobinya ke menteri karena yang menentukan menteri. Komisaris pun rata-rata titipan kementerian-kementerian,” lontar Ahok melalui channel youtube yang diunggah September lalu.
Bagaimana kinerja BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir selama setahun terakhir? Perusahaan BUMN mana saja yang buntung pada akhir 2019 dan mengapa ada 44 perusahaan BUMN yang menelan kerugian hingga Rp35,78 triliun per Juni 2020. Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 510 Oktober 2020 baik versi cetak maupun digital yang bisa diakses di Infobankstore.com. (*)
Jakarta - Penyelenggara inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK) harus melewati regulatory sandbox milik Otoritas Jasa… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bersedia mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden… Read More
Jakarta - Saat ini, secara rata-rata masa tunggu untuk melaksanakan ibadah haji di Indonesia bisa… Read More
Labuan Bajo - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa, akan menerbitkan Peraturan OJK (POJK) terbaru… Read More
Jakarta - PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), emiten penyedia kain, seragam, dan fashion berhasil… Read More
Jakarta – Guna meningkatkan literasi keuangan para pekerja migran Indonesia (PMI), Asosiasi Fintech Indonesia (AFPI)… Read More