Lifestyle

Duh, 20 Persen Populasi RI Punya Potensi Gangguan Jiwa, Apa Pemicunya?

Jakarta – Kesehatan mental menjadi isu yang begitu hangat diperbincangan belakangan ini. Sebab, kesehatan mental menjadi bagian penting dari kesehatan yang memungkinkan seseorang untuk berpikir, merasa, dan bertindak secara optimal. 

Sayangnya, tidak semua orang memiliki kesehatan mental yang baik.  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. 

Baca juga: Enam Cara Menjaga Kesehatan Mental 

Praktisi Mindfulness Adjie Santosoputro mengatakan, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk. Dengan demikian, sekitar 20 persen populasi di Indonesia itu mempunyai potensi masalah gangguan jiwa.

Ia mengatakan, ada banyak faktor pemicu permasalahan kesehatan mental di Indonesia. Salah satunya, lingkungan yang serba cepat dan digital yang menyebabkan banyaknya ruang interaksi yang terjadi secara digital sehingga membuat individu berpotensi untuk kelelahan berelasi. 

“Hal ini membuat seorang individu cenderung abai untuk terkoneksi dengan diri sendiri yang kemudian bisa menjadi trigger terhadap lebih banyak isu terkait kesehatan mental,” katanya dalam diskusi “Mental Health: You Are Not Alone”, yang digelar PermataBank, Kamis (5/10).

Lanjutnya, bahwa hal yang tidak sehat di kehidupan modern ini menjadikan seseorang dengan mudah mendapatkan dopamine yang menutup kemungkinan merasa menutupi rasa sedih atau tidak nyaman. 

Terus menerus mencari sumber kesenangan sementara juga dapat mempengaruhi keseimbangan cara otak mengatur rasa senang dan sedih.

Fenomena banyaknya masyarakat yang mulai lebih menyadari isu mental health juga membawa potensi dampak negatif lainnya, yaitu kemungkinan banyaknya individu yang melakukan self-diagnosed. 

Baca juga: Jaga Kesehatan Mental Dengan Aktivitas Menyenangkan

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Dr. Jiemi Ardian menjelaskan dengan gamblang dampak berbahaya melakukan self-diagnosed. Oleh sebab itu, penting bagi individu menyadari apabila ada mulai merasa ada keperluan atau sesuatu yang mengganggu untuk tidak merasa ragu untuk meminta bantuan atau mencari konsultasi dengan ahlinya. 

“Konsultasi bukan berarti baru bisa dilakukan apabila merasa sudah dalam kondisi yang parah, justru menjadi langkah awal yang dapat dilakukan,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

7 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

9 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

11 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

12 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

12 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

15 hours ago