Moneter dan Fiskal

Dua Indikator Ekonomi Tahan Efek Kenaikan Fed Rate

Jakarta–Bank Indonesia (BI) menilai ada dua indikator ekonomi Indonesia yang diyakini mampu menghadang dampak dari kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) terkait dengan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate) yang direncanakan akan mengalami kenaikan sebanyak tiga kali di 2017.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, dua indikator ekonomi tersebut yakni inflasi dan ekspor. Menurutnya, jika inflasi dan kontribusi ekspor dapat berjalan baik, maka kenaikan tiga kali suku bunga AS pada 2017, diyakini tidak akan menghambat pemulihan ekonomi domestik.

Maka dari itu, kata dia, BI dan pemerintah terus melakukan koordinasinya untuk menjaga laju inflasi di 2017. Sehingga laju inflasi di tahun depan dapat sesuai dengan sasaran Bank Sentral yang dipatok berada pada kisaran 4% plus minus 1% di 2017.

Lebih lanjut, Mirza mengakui, memang terdapat ancaman kenaikan laju inflasi pada tahun depan, karena adanya rencana pemerintah untuk menaikkan tarif tenaga listrik dan kenaikan harga gas atau dari kelompok harga barang yang diatur pemerintah (administered prices).

“Jika ada pengurangan subsidi untuk APBN, memang bisa meningkatkan inflasi, maka itu skema pengurangan subsidinya harus sedemikian rupa,” ujar Mirza di Jakarta, Jumat, 16 Desember 2016.

Lebih lanjut dia menilai, jika laju inflasi terus mengalami peningkatan, maka perbankan juga akan sulit untuk menurunkan bunga kredit, dan mengabaikan transmisi dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah mencapai 150 basis points (bps) atau 1,5% pada 2016.

“Kami bisa menurunkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin pada 2016, salah satunya karena inflasi yang terkendali,” ucap Mirza.

Sementara indikator ekonomi yang kedua, kata Mirza, adalah kecenderungan akan terus membaiknya ekspor. Perbaikan ekspor ini didorong oleh meratanya pemulihan harga komoditi yang diyakininya akan terus berlanjut hingga 2017 mendatang.

Selain itu, lanjut Mirza, ekspor juga diyakin akan membaik, karena pemulihan ekonomi Cina, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar dengan Indonesia.”Jika inflasi dan ekspor ini membaik, kami berkeyakinan di 2017, meskipun dengan suku bunga Federal Reserve naik, kita akan lihat pemulihan ekonomi berlanjut,” paparnya.

Sebagai informasi, pada Rabu (14/12) The Fed memberikan sinyal bahwa terdapat kesempatan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2017, atau lebih banyak dari pernyataan sebelumnya yang hanya dua kali. Dalam kesempatan itu, The Fed juga menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,5-0,75%. (*)

 

 

Editor: Paulus Yoga

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

11 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

11 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

11 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

13 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

13 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

16 hours ago