Categories: Moneter dan Fiskal

DSR Di Atas 50%, CORE Ingatkan Prospek Bayar Utang

Proses pembayaran utang pemerintah harus terus melihat kondisi perekonomian terutama dari sisi ekspor. Ria Martati

Jakarta–Hendri Saparini, Direktur Eksekutif CORE (Center of Reform on Economic) mengingatkan Pemerintah tentang posisi utang luar negeri Indonesia. Dengan rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan transaksi berjalan (Debt Service Ratio/DSR) di atas 50% menurutnya, ada kekhawatiran dalam prospek membayar utang.

“DSR di atas 50% bukan berarti aman, yang kita khawatirkan adalah prospek membayar utang, kalau ekspor tidak membaik karena 70% ekspor kita adalah komoditas primer, sementara tadi dikatakan ke depan belum akan naik,” kata dia di acara CORE 2015 Mid-Year Review: Managing Economic Slowdon di Graha Sucofindo, Selasa 28 Juli 2015.

Menurutnya, perlu ada strategi dari Pemerintah untuk mengelola utang lebih baik. Pasalnya, ke depan, meski diperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan membaik dan akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Indonesia, namun perbaikan ekspor masih akan membutuhkan waktu.

Seperti diketahui, dalam statistik utang luar negeri yang dirilis Bank Indonesia DSR triwulanan Tier 1, kuartal I 2015 adalah 22,44%, Sementara Tier 2, kuartal I 2015 adalah 56,08%. Sedangkan tahunan, DSR Tier 1, kuartal I 2015 adalah 23,05%, DSR Tier 2, kuartal I 2015 adalah 49,67%.

Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi makro, Badan Kebijakan Fiskal Luky Alfirman mengatakan, secara fiskal indikator yang dipakai Pemerintah adalah debt to GDP ratio.

“Dimana kalau kita punya utang kita ukur lihat aman atau tidaknya dibandingkan dengan PDB, intinya masih aman,” kata dia usai acara yang sama.

Dalam data statistik luar negeri BI, tercatat rasio utang terhadap PDB kuartal I 2015 adalah 33,56%. Sementara pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 5,9% secara year on year (yoy) atau lebih lambat dibanding bulan April 2015 yang tercatat tumbuh 7,7% (yoy). Posisi ULN Indonesia pada Mei 2015 tercatat USD 302,3 miliar terdiri dari ULN sektor publik USD133,5 miliar atau mencapai 44,2% dari total ULN, sementara sektor swasta tercatat USD 168,7 miliar atau 55,8% dari total ULN. (*)

@ria_martati

Paulus Yoga

Recent Posts

Gandeng BGN, ID FOOD Siap Dukung Program Makan Sehat Bergizi

Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menggandeng holding BUMN pangan ID FOOD dalam pelaksanaan program… Read More

2 hours ago

STAR Asset Management: Sektor Perbankan jadi Peluang Emas di Tengah Koreksi Pasar Saham

Jakarta – STAR Asset Management (STAR AM) mengajak investor memanfaatkan peluang saat ini untuk berinvestasi… Read More

3 hours ago

BNI Sumbang Rp77 Triliun ke Penerimaan Negara dalam 5 Tahun

Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More

12 hours ago

BI Gratiskan Biaya MDR QRIS untuk Transaksi hingga Rp500 Ribu, Ini Respons AstraPay

Jakarta - PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount… Read More

12 hours ago

AstraPay Bidik 16,5 Juta Pengguna di 2025, Begini Strateginya

Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More

13 hours ago

Askrindo Dukung Gerakan Anak Sehat Indonesia di Labuan Bajo

Labuan Bajo – PT Askrindo sebagai anggota holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi Indonesia Financial… Read More

13 hours ago