Jakarta – Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini mewanti-wanti pentingnya transformasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Ia menegaskan bahwa Telkom tidak hanya boleh berorientasi mencari keuntungan, tetapi juga harus menjawab tantangan pemerataan akses dan kedaulatan digital Indonesia.
“Telkom harus menjadi lokomotif pembangunan digital nasional. Perusahaan ini tidak bisa hanya mengejar sisi komersial, tapi juga harus hadir untuk menjawab tantangan inklusi digital, perlindungan data, dan kedaulatan digital di wilayah 3T,” katanya, Rabu, 2 Juli 2025.
Penegasan itu disampaikan Anggia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., Dian Siswarini, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta.
Agenda RDP ini sekaligus menjadi ajang perkenalan resmi bagi Direktur Utama Telkom yang baru, Dian Siswarini. Ia ditunjuk melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada 27 Mei 2025, menggantikan Ririek Adriansyah yang telah menjabat sejak 2019.
Dian juga menjadi perempuan pertama yang memimpin Telkom Indonesia dan sebelumnya dikenal sebagai Presiden Direktur XL Axiata.
Baca juga: Telkom Tunjuk Dian Siswarini Jadi Dirut, Ini Susunan Direksi Lengkapnya
Mewakili Komisi VI, Anggia menyambut baik pergantian pucuk pimpinan Telkom. Ia berharap kehadiran Dian membawa semangat transformasi menyeluruh untuk perusahaan.
“Kami berharap jajaran pimpinan yang baru dapat membawa visi dan semangat baru untuk menjadikan Telkom sebagai perusahaan digital kelas dunia yang adaptif, kompetitif, dan tetap berpihak kepada kepentingan nasional,” bebernya.
Pendapatan Telkom Turun, Investasi Digital Tetap Jalan
Dalam paparan kinerja yang disampaikan Dian, Telkom mencatat pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun pada triwulan I 2025, sedikit menurun 2,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih juga turun tipis ke angka Rp5,8 triliun dari sebelumnya Rp6,05 triliun. Penurunan ini mencerminkan tekanan yang dihadapi dari kompetisi ketat dan perubahan preferensi pasar.
Baca juga: Demi Efisiensi, Telkom Terus Perdalam Adopsi AI
Meski demikian, EBITDA perusahaan tetap solid di angka Rp18,2 triliun dengan margin 49,8 persen. Investasi infrastruktur digital tetap menjadi prioritas, dengan alokasi belanja modal (capex) mencapai Rp5 triliun, lebih dari 50 persen di antaranya digunakan untuk memperkuat jaringan fiber optic, menara BTS, dan konektivitas internasional seperti satelit dan kabel bawah laut.
Di sisi lain, Telkom masih menghadapi tantangan dari sisi pelanggan mobile, dengan penurunan pengguna aktif sebesar 578 ribu pelanggan, serta rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) yang juga mengalami penurunan 3,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Telkom Dituntut Progresif dan Inovatif
Merespons kondisi tersebut, Anggia menegaskan bahwa transformasi Telkom tidak boleh sekadar pemanis. Di tengah era 5G, kecerdasan buatan (AI), dan persaingan global yang sangat agresif, menurutnya, Telkom dituntut membangun model bisnis yang lebih progresif dan berani menghadapi tekanan dari raksasa teknologi dunia.
“Dunia berubah sangat cepat. Tantangan bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari pemain global yang membawa modal besar dan teknologi mutakhir. Telkom harus lebih berani dan inovatif dalam menjawab disrupsi ini,” timpalnya. (*)
Editor: Yulian Saputra