Jakarta – Standard Chartered Bank menargetkan untuk memobilisasi dana atau funding senilai USD300 miliar pada periode 2021 hingga 2030 untuk keuangan berkelanjutan.
Adapun, Standard Chartered berkomitmen untuk mencapai emisi karbon nol bersih dari segi operasionalnya pada tahun 2025 dan dari sisi pendanaan pada tahun 2050, dengan target sementara untuk mengurangi emisi yang dibiayai di sektor-sektor yang paling banyak menghasilkan karbon pada tahun 2030.
“Kami adalah bagian dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), sebuah program ambisius untuk menghasilkan komitmen, keterlibatan, investasi, serta penyelarasan yang diperlukan untuk mendorong transisi menuju net zero. Standard Chartered juga memimpin Net Zero Banking Alliance, yang merupakan fungsi perbankan dari GFANZ,” ujar Vice Chairman, ASEAN, Standard Chartered, Rino Donosepoetro dalam panel diskusi Standard Charteres Bank, dikutip, Kamis, 7 September 2023.
Baca juga: Urgensi Aturan Bursa Karbon dalam Ekonomi Hijau
Di kawasan ASEAN, Standard Chartered telah membantu para kliennya melaksanakan jaminan bank ramah lingkungan, fasilitas pembiayaan perdagangan ramah lingkungan, dan mendukung penerbitan obligasi keberlanjutan pemerintah.
Standard Chartered telah berkontribusi dalam pembiayaan hijau di ASEAN. Diantaranya, di Indonesia yaitu pinjaman berjangka sebesar USD112 juta untuk membiayai bersama pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Fotovoltaik Terapung Cirata.
Selanjutnya, di Indonesia dengan Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) sebuah lembaga keuangan mikro yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, untuk pelaksanaan pinjaman sebesar Rp280 miliar atau USD18,6 juta.
Kemudian, Vietnam dalam Phu Yen Solar Power Plant Project yang merupakan perusahaan energi terbarukan melalui struktur pinjaman ADB sebesar USD186 juta.
“Standard Chartered merupakan bank internasional pertama yang menyusun transaksi energi terbarukan berskala besar di sektor yang sedang berkembang di Vietnam,” katanya.
Singapore dalam Climate Impact X (CIX), yaitu mendukung pengembangan carbon market dan merupakan pemegang saham CIX, sebuah platform pertukaran karbon global yang memungkinkan peserta untuk membeli dan menjual kredit karbon. CIX merupakan salah satu pelopor kosep ini di ASEAN
“Dan masih di Singapore di Vista Shipping (Hafnia & CSSC Shipping Hong Kong JV). Kami ditunjuk untuk memimpin pinjaman sustainability-linked senilai USD89,6 juta untuk sepasang kapal berbahan bakar ganda LNG pertama milik Vista Shipping, yang emisinya lebih rendah dibandingkan armada bahan bakar bunker tradisional,” ungkapnya.
Baca juga: Ekonomi Hijau Butuh Aksi, Bukan Jargon!
Di Australia untuk Melbourne’s Frankston Hospital dalam mendukung pembangunan dan renovasi Rumah Sakit Frankston di Melbourne senilai AUD1,1 miliar, yang memperoleh sertifikasi bangunan ramah lingkungan.
Terakhir, Malaysia di Etika Group of Companies (Etika) dengan meluncurkan transaksi derivatif terkait ESG senilai USD60 juta dengan Etika Group of Companies. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – Pemerintah bakal memberikan bantuan tunai sebagai dukungan kepada para pekerja yang menjadi korban… Read More
Jakarta – Crazy Rich Surabaya, Budi Said mengajukan banding usai dirinya divonis 15 tahun penjara… Read More
Jakarta - Pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi 2025 dengan salah satu langkah utamanya adalah pemberian… Read More
Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini… Read More
Jakarta - PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) telah mencatatkan capaian positif yang ditandai dengan… Read More
Jakarta - Pemerintah resmi menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen.… Read More