News Update

Dolar AS Tembus Rp14.000, BI Dinilai Kurang Tanggap

JakartaBank Indonesia (BI) dinilai kurang tanggap dalam menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini sudah menembus ke level Rp14.000 an per dolar AS, kendati cadangan devisa Indonesia sudah banyak tergerus.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Tony Prasentiantono mengatakan, untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah semakin dalam, BI seharusnya tak melulu menggunakan cadangan devisa. Langkah BI sejauh ini belum mempengaruhi laju rupiah untuk menguat terhadap dolar AS.

“Memang rupiah melemah gak sendirian, cuma saya mencatat bahwa BI agak kurang aware (peduli). Karena, level Rp14.000 itu membuat kita gak nyaman,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 9 Mei 2018.

Lebih lanjut dirinya menegaskan, selain intervensi melalui cadangan devisa, seharusnya BI bisa segera melakukan pengetatan kebijakan moneternya melalui suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate. Dengan langkah tersebut, diharapkan pelemahan nilai tukar rupiah bisa tertahan.

“Cadangan devisa merosot dengan jumlah signifikan. Jadi mestinya kenaikan suku bunga acuan sudah harus ditempuh BI. Ini bukan lagi soal itungan bulan atau tahun, ini itungan detik demi detik. BI harus merespon ini dan aware,” ucapnya.

Baca juga: Cadangan Devisa Tak Mampu Bendung Dolar AS Yang Tembus Rp14.000

Dia menilai, saat ini yang harus dilakukan BI, bukan lagi menjaga suku bunga acuan di level yang rendah. Kondisi global khususnya terkait dengan kenaikan suku bunga The Fed, juga harus direspon BI dengan menaikkan suku bunga acuannya, dan tidak lagi menggunakan cadangan devisa sebagai langkah stabilisasi rupiah.

“Suku bunga rendah itu sudah harus ditinggalkan. Menurut saya sayang untuk menggunakan cadangan devisa lagi. Devisa kita sudah menurun signifikan. Jadi, sudah layaknya BI menambah tambahan amunisi, jangan satu amunisi aja untuk meredam ini,” paparnya.

Asal tahu saja, posisi cadangan devisa RI pada akhir April 2018 tercatat sebesar US$124,9 miliar, atau tergerus US$1,1 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2018 yang tercatat sebesar US$126,0 miliar. Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

6 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

6 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

8 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

8 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

9 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

10 hours ago