Moneter dan Fiskal

Ditopang Sektor Ini, Neraca Perdagangan RI Surplus 40 Bulan Berturut-turut

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia hingga Agustus 2023 mencatatkan surplus sebesar USD3,12 miliar atau meningkat 1,83 persen secara bulanan (mtm).

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus selama 40 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Baca juga: Ekspor Agustus 2023 Anjlok 21,21 Persen Secara Tahunan, Ini Biang Keroknya

Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan ditopang oleh komoditas non migas tercatat surplus sebesar USD4,47 miliar. Rinciannya, disumbang oleh komoditas lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta barang besi dan baja.

“Surplus neraca perdagangan non migas Agustus 2023 ini, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lalu. Namun, bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu masih lebih rendah,” kata Amailia dalam Rilis BPS, Jumat 15 September 2023.

Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukkan defisit sebesar USD1,34 miliar, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu minyak mentah dan hasil minyak.

“Defisit neraca perdagangan nonmigas di Agustus 2023 lebih rendah dibandingkan bulan lalu, dan juga lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu,” ungkapnya.

Secara kumulatif, hingga Agustus 2023 total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD24,34 miliar atau lebih rendah sekitar USD10,55 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Ia mengungkapkan, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar bagi Indonesia yaitu India mencatatkan surplus sebesar USD1,42 miliar dengan lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta biji logam, terak dan abu.

Baca juga: Komoditas Non Migas Dongkrak Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus USD3,45 Miliar

Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar USD1,27 miliar. Serta, Filipina mengalami surplus USD0,83 miliar.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Australia defisit sebesar -USD60,61 miliar dengan komoditas utamanya serealia, bahan bakar mineral, serta gula dan kembang gula.

Selanjutnya, Brasil mengalami defisit sebesar -USD0,468 miliar dan Thailand mengalami defisit sebesar  -USD0,283 miliar. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

KPEI Catat Transaksi CCP PUVA Capai USD168 Juta per Akhir Oktober 2024

Jakarta - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Central Counterparty Pasar Uang dan Valuta… Read More

3 hours ago

Analis Rekomendasikan Buy Saham BBNI, Ini Alasannya!

Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui aplikasi wondr by BNI… Read More

3 hours ago

OJK: Peringkat Corporate Governance RI Masih di Bawah Vietnam

Jakarta - Meski masuk jajaran negara G-20 atau negara dengan ekonomi terbesar, Indonesia rupanya masih… Read More

3 hours ago

Gapensi Tolak Keras PPN 12 Persen: Bisa Perlambat Proyek Pemerintah

Jakarta – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menolak rencana pemerintah menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi… Read More

4 hours ago

IHSG Ditutup Meningkat 1,65 Persen, 299 Saham Hijau

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 25 November 2024, ditutup… Read More

4 hours ago

Dari Generasi ke Generasi, Komitmen Universal BPR untuk Tumbuh Berkelanjutan

Jakarta - Universal BPR adalah contoh nyata bagaimana bisnis keluarga dapat berkembang dan beradaptasi dengan… Read More

4 hours ago