Pasar Modal

Di Tengah Pelemahan Rupiah, MAMI: Ada Peluang Valuasi Menarik di Pasar Obligasi

Jakarta – Perubahan ekspektasi suku bunga global, pelemahan rupiah, dan sentimen terkait outlook fiskal turut menekan pasar obligasi Indonesia. Meski mengalami tekanan, namun ada peluang valuasi yang menarik di pasar obligasi Indonesia.

“Kami melihat peluang valuasi yang menarik di pasar obligasi Indonesia,” kata Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Laras Febriany, dikutip Jumat, 12 Juli 2024.

Ia menilai, saat ini selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan UST berada pada level tertinggi dalam satu tahun terakhir sehingga menciptakan potensi investasi menarik di siklus akhir menjelang pemangkasan suku bunga. 

Menurutnya, apabila dibandingkan dengan negara di kawasan Asia, selisih imbal hasil obligasi Indonesia menjadi yang tertinggi, bahkan di atas India. 

Baca juga : Pefindo Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi Naik Jadi Rp155,46 Triliun, Ini Pendorongnya

Ditambah lagi, CDS 5 tahun yang menggambarkan persepsi risiko bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia sudah terlihat stabil.

“Kami melihat pasar obligasi tetap memiliki potensi, terutama jika inflasi AS turun dengan stabil sehingga FFR dapat diturunkan tahun ini, diiringi dengan stabilisasi rupiah,” jelasnya. 

Pihaknya melihat, skenario ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Berikutnya, kejelasan tentang outlook fiskal, anggaran APBN, dan kabinet ekonomi pemerintahan baru dapat menciptakan tambahan katalis bagi pasar obligasi ke depannya.

Di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak dan sensitif terhadap perubahan sentimen baik dari global maupun domestik, tingkat risiko portofolio sangat penting untuk dijaga oleh investor. 

Baca juga : Anak Usaha Surge, Terbitkan Obligasi Perdana Senilai Rp600 Miliar

“Menerapkan diversifikasi pada portofolio investasi  dapat menjadi salah satu strategi bagi investor dalam menjaga tingkat risiko investasi,” terangnya.

Ia merekomendasikan, reksa dana obligasi dapat dipertimbangkan oleh investor untuk memanfaatkan karakteristik defensif dari kelas aset obligasi. 

Di mana, kondisi imbal hasil obligasi yang tinggi saat ini dapat menjadi peluang bagi investor untuk “mengunci yield” di level yang menarik dan juga dapat menikmati potensi capital gain ketika suku bunga mulai beranjak turun. 

“Kami mengelola portofolio secara aktif dan fokus kepada manajemen durasi serta pemilihan efek yang diharapkan dapat menjadi penopang kinerja portofolio di tahun ini. Selain itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” pungkasnya. (*)

Editor : Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

1 hour ago

Sritex Pailit, Pemerintah Diminta Fokus Berantas Impor Ilegal dan Revisi Permendag 8/2024

Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More

1 hour ago

Jelang Pilpres AS, Harris dan Trump Bersaing Ketat dengan Selisih Suara Tipis

Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris dan Donald Trump, saat ini tengah bersaing… Read More

2 hours ago

Erick Thohir Godok PP Hapus Kredit UMKM, Fokus pada Petani dan Nelayan

Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More

3 hours ago

Simak! Daftar 10 Pekerjaan dengan Gaji Tertinggi di Indonesia

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh di Indonesia per Agustus 2024… Read More

4 hours ago

IHSG Ditutup Rebound, Menguat 0,17 Persen ke Level 7.491

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (5/11) berakhir ditutup pada zona… Read More

4 hours ago