Diprediksi Berpotensi Resesi, Pasar Saham Global Pun Jatuh

Jakarta – Situasi yang serius mewarnai Wall Street ditengah terjadinya perang dagang AS China dan kekhawatiran global. Tiga saham ditutup turun 3%. Analis mengindikasikan ini sebagai sinyal resesi bagi AS.

Oliver Pursche, seorang analis dari Bruderman seperti dikutip dari BBC mengatakan, saat ini ekonomi global pada situasi yang genting. “Apa yang terjadi di Hong Kong, yang terjadi dengan Brexit dan perang dagang, semuanya berantakan,” ujarrnya dalam risetnya di Jakarta, seperti dikutip Kamis, 15 Agustus 2019.

Lebih lanjut Pursche menyebut, semua bank sentral di seluruh dunia berusaha menopang perekonomian, namun kalangan politisi di seluruh dunia seolah justru berusaha menghancurkan ekonomi.

Berita bahwa PDB Jerman mengalami kontraksi pada kuartal kedua, dan bahwa pertumbuhan industri China pada bulan Juli mencapai level terendah dalam 17 tahun terakhir telah mengkhawatirkan pasar di Eropa. FTSE 100 ditutup turun 1,5%, sementara di Jerman dan Prancis pasar berakhir lebih dari 2% lebih rendah. Kekhawatiran lain adalah bahwa pasar obligasi memberikan sinyal akan potensi terjadinya resesi.

Untuk pertama kalinya sejak Juni 2017, imbal hasil pada obligasi Treasury dua-tahun dan 10 tahun mengalami penurunan yang tajam. Fenomena pasar obligasi langka ini dipandang sebagai indikator dari kemungkinan resesi.

Sementara itu, indeks volatilitas CBOE – yang disebut indeks ketakutan – melonjak 4,26 poin menjadi 21,78. Harga emas spot rebound naik lebih dari 1%. Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, semua berada di zona merah, dimana sektor energi dan keuangan menderita kerugian dengan persentase terbesar.

Di sisi lain, kata dia, sektor perbankan pun mengalami penurunan yang tajam. Citigroup turun lebih dari 5%.

Sebelumnya pada hari Rabu, penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro kepada Fox Business Network mengatakan bahwa bank sentral harus memangkas suku bunga setengah persen “sesegera mungkin”, tindakan yang menurutnya akan menyebabkan pasar saham melonjak. Meskipun AS menunda pengenaan tarif 1 September atas beberapa impor Cina ke AS, hal itu tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran. (*)

 

admin

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

8 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

10 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

12 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

13 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

13 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

15 hours ago