Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan di bulan Desember 2017 ini diperkirakan bergerak melemah bersamaan dengan mata uang negara berkembang lainnya, lantaran beberapa faktor di Global.
Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail dalam risetnya di Jakarta, Senin, 4 November 2017 mengatakan, adanya kesepakatan pemotongan pajak di tubuh Senat Partai Republik di negeri Paman Sam sana, telah mendorong dolar AS untuk menguat.
“Dolar diperkirakan bergerak menguat terhadap beberapa mata uang negara berkembang. Rupiah dapat bergerak di rentang Rp13.550-Rp13.580 pada perdagangan hari ini,” ujarnya.
Sebagai informasi saja, ada sebanyak 51 dari 52 Senat Partai Republik yang pada akhirnya sepakat untuk meloloskan program pemotongan pajak Trump dengan beberapa revisi yang telah diajukan. Hal ini diperkirakan memberikan sentimen negatif pada rupiah.
Senat dari Partai Republik menargetkan program pemotongan pajak tersebut dapat ditandatangani oleh Trump sebelum natal tahun ini. Terleih, sentimen postif dari AS juga diperkuat dengan kemungkinan naiknya tingkat suku bunga The Fed pada rapat FOMC minggu depan. (*)
Poin Penting Kredit Bank Mandiri naik 13,1% menjadi Rp1.452 triliun. DPK tumbuh 15,9% dengan aset… Read More
Poin Penting STRK agresif ekspansi ke pasar ekspor di tengah lesunya pasar domestik. Capex Rp10… Read More
Poin Penting IHSG melemah 0,83% pada pekan 22–24 Desember 2025 ke level 8.537,91, seiring turunnya… Read More
Poin Penting IHSG melemah 0,83% pada pekan 22–24 Desember 2025 dan ditutup di level 8.537,91.… Read More
Poin Penting STRK menggandeng Coco Bali Pte Ltd untuk memperkuat ekspansi global melalui peluncuran tiga… Read More
Poin Penting UMP 2026 telah ditetapkan di 38 provinsi berdasarkan PP Nomor 49 Tahun 2025,… Read More