Jakarta – Ketika bicara mengenai digital banking atau bank digital, banyak orang langsung tergiur untuk menyimpan dana di bank digital. Mereka tergiur akan tingkat bunga yang diberikan oleh bank digital.
Bagaimana tidak, tingkat bunga simpanan yang ditawarkan bisa berkisar 6% sampai 8%. Hal ini tentu menjadi strategi yang sangat ampuh dalam menarik minat masyarakat untuk menabung atau berinvestasi pada produk perbankan digital. Namun demikian, pertanyaannya sekarang adalah sampai kapan promo bunga besar-besaran ini akan terus diterapkan.
Sejumlah kasus tutupnya bank digital dikarenakan masalah permodalan telah terjadi di negara lain. Bank-bank digital kemudian disamakan dengan perusahaan startup yang terus bakar uang untuk program promosi mereka. Mereka menyediakan program promo diantaranya menawarkan suku bunga yang cukup besar, namun minim transaksi yang terjadi pada layanan perbankannya. Padahal bank bisa mendapatkan revenue yang lebih baik dari setiap proses transaksi yang dilakukan oleh nasabah.
Biar bagaimanapun, diperlukan arah pengembangan bisnis yang jelas untuk bisa tumbuh berkesinambungan di tengah ketatnya kompetisi. Infobank – Temenos Regional Forum 2022 bertajuk “Everyone’s Banking Platform” yang diadakan di Hotel Indonesia Kempinski, 20 September 2022 lalu, membahas lengkap persoalan tersebut. Sederet pembicara, mulai dari regulator, pelaku bisnis di industri, hingga penyedia solusi dari pihak ketiga, saling berdiskusi dan menyampaikan arahan terkait bagaimana perbankan digital seharusnya bermanuver di tengah ketatnya kompetisi.
Salah satu pembicara yakni Nick Edwards selaku Head of Account Management Temenos APAC, menyampaikan bahwa terdapat sejumlah hal yang perlu dicanangkan lembaga perbankan digital agar dapat benar-benar memberikan kontribusi yang nyata bagi nasabah.
Penerapan Open Banking yang Ekonomis dan Efisien
Menurut Nick, open banking saat ini sudah menjadi keniscayaan. Lembaga perbankan perlu terbuka untuk berkolaborasi dengan industri lainnya dalam rangka memudahkan transaksi keuangan masyarakat.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa sistem open banking yang ekonomis dan efisien sangat dibutuhkan dewasa ini. Lembaga perbankan digital tidak cukup hanya terkoneksi secara terbuka dengan industri lainnya, tetapi lembaga perbankan digital juga mesti memastikan bahwa sistem atau layanan yang ada benar-benar memberikan kenyamanan melalui efisiensi dan efektivitas.
“Temenos sebagai penyedia solusi IT, memiliki 40 lebih klien di Indonesia, atau dengan kata lain 40 lembaga perbankan menggunakan Temenos software. Kita punya dua area kunci dalam beroperasi, yang pertama adalah core banking. Core banking technology berdasarkan teknologi yang terbuka. Hal ini akan membuka dengan menyediakan API dan kemampuan untuk perbankan berbagi layanan dan informasi dengan pihak ketiga di luar system perbankan. Lalu, yang kedua adalah soal digital engagement. Jadi, kita punya kemampuan yang kita sebut Infinity, dengan Infiniti ini membuka ekosistem API yang memampukan perbankan untuk menggunakan layanan pihak ketiga dalam lapisan distribusi mereka,” tuturnya, pada Selasa, 20 September 2022.
Dengan begitu, menurutnya, klien bisa memakai layanan dari core banking pihak ketiga, dan mengembangkan itu menjadi customer experience yang nyaman. Layanan super apps kemudian bisa dikembangkan secara mudah dan efisien. Ia mencontohkan bagaimana klien-kliennya dari industri perbankan Indonesia bisa memiliki 7 channel interaksi berbeda yang dikoordinasi melalui satu platform.
“Jadi, ini tentang menyediakan kemampuan teknologi dasar untuk perbankan agar dapat mengeksekusi strategi yang mereka mau eksekusi, apakah itu melalui back end atau front end architechture. Bank perlu jelas dengan apa yang menjadi strategi mereka, lalu membuat investasi teknologi yang mendukung strategi itu. Seringkali lembaga perbankan di sini berkesksperimen tanpa memiliki strategi atau arah yang jelas kemana mereka mau tuju,” terangnya.
Digital Core Transformation yang Nyaman
Ia menerangkan bahwa untuk mentransformasi digital core perbankan bukanlah hal yang sederhana, karena sekali lagi, itu semua bergantung pada tujuan dan model bisnis seperti apa yang ingin dikembangkan oleh suatu bank.
Memiliki tujuan model bisnis yang jelas akan memudahkan perbankan untuk merancang transformasi digital core yang cocok dengan arah pengembangan bisnis yang ingin dicapai.
“Itu tergantung pada apa yang perbankan ingin capai. Kalau itu adalah perbankan yang sudah beroperasi, dan mereka punya bisnis yang kompleks dengan multiple produk yang mereka sediakan, seringkali mereka ingin membangun bisnis kedua. Dan bisnis kedua itu bisa beroperasi pada sistem yang berbeda, atau itu bisa juga cabang yang berbeda yang beroperasi pada core technology yang sama,” jelas Nick.
Adanya platform digital sebagai core yang mengkoordinasi semua unsur digital memang dibutuhkan. Platform inti yang pada akhirnya memberikan solusi untuk menciptakan customer experience yang berkualitas adalah tujuan utamanya.
“Di seluruh dunia, kita memiliki sekitar seratus bank digital yang beroperasi menggunakan core banking Temenos. Kita melanjutkan untuk berinvestasi secara signifikan pada core platform kita yang memampukan perbankan untuk menyediakan agility, flexibility, dan scalability bagi nasabah mereka. Jadi, itu akan memampukan lebih banyak bank untuk berkompetisi dan menjadi agile di digital environment,” paparnya.
Menciptakan Ekosistem Digital yang Simpel dan Nyaman
Ekosistem digital yang simpel dan nyaman itu akan terwujud bila ada solusi digital yang terintegrasi dan bisa memenuhi beragam kebutuhan industri. Tidak semua solusi digital yang disediakan oleh pihak ketiga itu menjawab beragam kebutuhan dalam satu platform.
“Menjalankan usaha perbankan itu sulit, jadi dengan membeli Temenos dengan seluruh paket teknologi yang sudah terbukti di Indonesia, anda bisa terhindar dari satu faktor risiko besar dalam menjalankan bisnis perbankan. Versus kalau anda menjalankan dengan teknologi terbatas yang belum terbukti, anda disajikan berbagai teknologi berbeda untuk meraih semua yang anda inginkan, itu adalah jalur yang sangat berbeda untuk mencapai tujuan akhir,” ungkapnya.
“Di Temenos, kita menyederhanakan itu untuk perbankan. Kita mengambil segala risiko dari jalur bisnis, dan kita membuat mereka lebih fokus di masa depan kepada poin pembeda mereka, membuat IP mereka dekat kepada nasabah,” ucapnya.
Bicara mengenai digital banking memang tak pernah ada habisnya dewasa ini. Munculnya neo bank atau bank digital telah sukses meramaikan dinamika industri perbankan Tanah Air. Namun, bank digital bukanlah sekedar tren yang lagi naik daun, lalu meredup begitu saja. Ini adalah bisnis yang perlu berkembang memberikan kontribusinya bagi perekonomian nasional.
Penerapan sistem open banking yang ekonomis dan efisien melalui transformasi digital yang juga efektif diperlukan untuk menciptakan ekosistem bisnis yang mudah dan nyaman. Pada akhirnya, digital banking dengan arah model bisnis yang jelas lah yang berpotensi tumbuh berkelanjutan. (*) Steven
Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More
Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More