Jakarta – Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Desember 2022 NIM (Net Interest Margin) perbankan mencapai 4,71%. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun tengah menyoroti tebalnya NIM atau margin bunga bersih perbankan di Tanah Air.
Pengamat perbankan Paul Sutaryono menyebutkan, bila dibandingkan dengan NIM bank-bank di negara ASEAN yang berkisar 2% – 3%, NIM perbankan nasional bisa termasuk yang tertinggi di dunia.
“Mungkin benar NIM perbankan nasional 4,71% termasuk tertinggi di dunia seperti kata Presiden Jokowi,” ujar Paul saat dihubungi Infobanknews, Kamis, 9 Februari 2023.
Menurutnya, faktor geografis menjadi salah satu penyebab tingginya biaya operasional (operational cost) bagi perbankan.
Sebelumnya, sejumlah bankir mengatakan bahwa perbankan harus mampu mencetak NIM yang baik untuk bisa memupuk permodalan dan bisa menanggung berbagai biaya operasional.
“Itu bisa dimaklumi karena Indonesia meliputi ribuan pulau. Namun, tingginya NIM juga mengandung arti bahwa perbankan nasional kurang efisien,” pungkasnya.
Namun sebenarnya masalah ini harusnya sudah bisa diatasi oleh perbankan dimana digitalisasi sudah diterapkan. Sehingga, efisiensi biaya operasional dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi dan NIM dapat dikendalikan.
“Tetapi sudah semestinya kendala geografis itu dapat diatasi dengan memanfaatkan perbankan digital yang marak akhir-akhir ini. Tingkat efisiensi dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi. Dengan demikian, NIM dapat dikendalikan lebih rendah ke depan,” ungkapnya.
Seperti yang dilakukan Bank Mandiri misalnya, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyebutkan, penggunaan tekonologi digital diperkirakan membuat biaya operasional bisa diefisiensikan hingga mencapai Rp12 triliun. Dengan mengedepankan teknologi untuk layanan kantor cabang secara operasional telah menurunkan operating cost di Bank Mandiri.
Sementara, Direktur Utama Bank BRI Sunarso juga mengatakan, besaran NIM bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba BRI. Tercatat NIM BRI secara bank only di tahun 2022 sebesar 6,80% dengan perolehan laba mencapai Rp51,4 triliun.
“Di samping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI tidak ditemukan korelasi positif antara besaran NIM dengan pencapaian laba BRI,” ujar Sunarso.
Kemudian, Paul menambahkan, bahwa selama ini memang tidak ada ambang batas besaran NIM. Di sisi lain, dengan NIM yang tinggi juga dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia yang mendorong investor asing atau bank asing melirik bank lokal untuk diakusisi.
“Hal itu baik untuk memperkuat permodalan bank lokal. Namun mayoritas kepemilikan oleh asing tetap harus dibatasi hingga 49%,” jelasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, di tengah persaingan sengit antar pelaku industri pembiayaan, Lembaga… Read More
Jakarta - Pemerintah memastikan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen akan diberlakukan paling lambat mulai… Read More
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan optimisme terhadap penguatan hubungan antara komunitas… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen dalam periode perdagangan… Read More
Jakarta - Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengaku optimistis akan masa depan ekonomi ASEAN yang… Read More
Jakarta - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah (RM) terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK), Minggu, 24… Read More