Jakarta – Baru-baru ini, virus H3N2 tengah menjadi ancaman serius bagi India. Mengutip Indian Ekpress dilaporkan ada 90 kasus infeksi yang terkonfirmasi, dan dua diantaranya berakhir dengan kematian.
Para pasien yang pergi ke rumah sakit menuturkan bahwa mereka mengalami batuk terus menerus selama berminggu-minggu meski setelah flu mereda. Bahkan, gejala virus ini jauh lebih parah dari penyakit serupa yang ditangani sebelumnya.
“Pihak rumah sakit mendapatkan lebih dari 100 kasus pasien dengan gejala demam,” kata Wakil Direktur Medis, Rumah Sakit Perwalian Anak Kanchi Kamakoti, Dr Janani Sankar, dikutip Jumat, 17 Maret 2023.
Sementara itu, Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara India sudah menguji sekitar 50 sampel dengan gejala penyakit mirip influenza (ILI) pada bulan Februari dengan hasil temuan adanya sirkulasi dominan Virus Influenza A (H3N2).
Kondisi ini diikuti oleh virus syncytial pernapasan dan adenovirus, yang merupakan patogen pernapasan umum.
Hasil laporan tersebut juga menyebut bahwa peningkatan kasus ILI bukan karena COVID-19 dan flu babi (AH1N1). Melainkan disebabkan virus Influenza A, khususnya subtipe A (H3N2), yang merupakan patogen pernapasan umum yang menyebabkan flu musiman.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan, H3N2 menyebabkan pandemi flu pada tahun 1968 yang mengakibatkan kematian sekitar satu juta orang di seluruh dunia dan sekitar 100.000 di AS.
Dalam studi tahun 2020 yang diterbitkan jurnal Nature Communications, menemukan jenis virus H3N2 sudah berevolusi dalam lima dekade terakhir, yang mirip dengan gejala flu lainnya seperti batuk, sakit tenggorokan, pilek, demam hingga kelelahan ekstrim.
Menurut Indian Medical Association (IMA), infeksi yang disebabkan virus H3N2 biasanya berlangsung selama 5-10 hari dan demam mulai hilang setelah tiga hari. Namun, batuk dapat bertahan hingga tiga minggu.
Selain di India, kasus flu yang menginfeksi saluran pernapasan tersebut terjadi di sejumlah negara lain seperti China, Kamboja dan Spanyol.
Di China, dilaporkan dua orang warganya terinfeksi virus H5N1 dan virus H5N6. Pada kasus pertama, wanita berusia 53 tahun asal Provinsi Jiangsu, di China Timur dinyatakan positif terinfeksi virus jenis H5N1 setelah menyantap daging ayam.
Sementara pada kasus kedua, pria berusia 49 tahun di Provinsi Guangdong, China Selatan dinyatakan positif H5N6 setelah melakukan kontak dengan unggas hidup. Ia mengalami gejala pada 17 Desember 2022 dan dirawat di rumah sakit setempat selama empat hari.
Sebelum menyebar di China, seorang gadis berusia 11 tahun dari sebuah desa di provinsi tenggara Prey Veng, Kamboja meninggal dunia di sebuah rumah sakit di ibu kota, Phnom Penh.
Dari hasil pemeriksaan tim kesehatan setempat diketahui dirinya menderita flu burung Tipe A H5N1.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan bahwa dunia harus mempersiapkan potensi pandemi flu burung pada manusia.
“Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat penyebaran luas virus pada burung di seluruh dunia,” kata Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO Sylvie Briand dikutip laman resmi UN Nation. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti pentingnya peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia… Read More
Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami penurunan sebesar 1,73 persen di… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang signifikan pada periode pekan lalu… Read More