Jakarta – Pandemi COVID-19 seakan menjadi blessing in disguise (berkah tersembunyi) bagi industri perbankan, termasuk perbankan syariah. Pandemi mengakselerasi transformasi digital perbankan. Bank-bank syariah pun tidak ingin ketinggalan dari bank konvensional dalam meningkatkan kapasitas digital.
Digitalisasi menjadi sebuah keharusan demi mengarungi persaingan dan keberlanjutan bisnis, termasuk bagi perbankan syariah. Platform digital bisa menghadirkan layanan keuangan yang lebih inklusif, cepat, dan mudah sekaligus efisien dari sisi operasional. Terbukti di tengah tren pemulihan ekonomi, bank-bank dengan kapasitas digital mumpuni bisa pulih lebih cepat.
“Kami melihat peran platform digital sangat bermanfaat. Alhamdulillah ketika pandemi merebak, platform digital kami sudah siap,” ujar Taswin Zakaria, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk dalam media training beberapa waktu lalu.
Sepanjang 2022, Maybank Indonesia meningkatkan belanja modal dan investasi untuk bidang teknologi, mencakup keamanan siber, modernisasi teknologi informasi, dan pengembangan aplikasi baru guna mendukung pertumbuhan bisnis. Kinerja platform digital Maybank Indonesia juga tumbuh solid pada 2022. Transaksi melalui platform M2U, yang digagas sebagai platform digital untuk nasabah ritel tercatat tumbuh 23,9% menjadi 17,9 juta transaksi. Sedangkan nilainya meningkat 28,3%, atau menjadi Rp98,41 triliun. Pengguna baru M2U pun meroket hingga 400%.
Adapun platform digital untuk korporasi, yakni M2E mencatatkan kenaikan transaksi 24,4%, atau menjadi 4,3 juta transaksi. Nilainya mencapai Rp711,81 triliun, atau tumbuh 22,2%. Pengguna M2E meningkat 7,3% menjadi 3.084 users.
Kinerja platform digital ini tentu berimbas positif terhadap performa Maybank Indonesia secara kesuluruhan, termasuk Unit Usaha Syariah (UUS). Platform digital juga menjadi perpanjangan tangan Maybank Indonesia untuk meningkatkan market share perbankan syariah. Maybank Indonesia menyediakan dan mendistribusikan produk dan solusi perbankan syariah melalui platform-platform digital tersebut.
Maybank Indonesia memang bank konvensional, tapi mengedepankan pengembangan syariah. Bank ini menjadi yang pertama di Indonesia dalam menerapkan strategi shariah first. Maka tidak heran bila unit usaha syariah (UUS) Maybank menjadi UUS dengan kontribusi tertinggi terhadap induk, baik dari sisi aset dan laba. Pada 2022, UUS Maybank Indonesia dengan total aset Rp40,04 triliun berkontribusi sekitar 26,9% terhadap total aset Maybank Indonesia, yang mencapai Rp160,81 triliun.
Porsi aset UUS terhadap total aset Maybank Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, porsinya masih 3%. Setelah perseroan mengimplementasikan strategi shariah first, porsinya naik ke 5% pada 2014. Setelah itu, pangsa aset UUS Maybank Syariah terus meningkat secara konsisten ; 2015 (11%), 2016 (15%), 2017 (17%), 2018 (18%), 2019 (21%), 2020 (22%), 2021 (25%), dan 2022 (26,9%).
“Alhamdulillah UUS Maybank Indonesia sudah mencapai 26%. Ini adalah contoh konkrit dari komitmen manajamen dan seluruh Maybanker untuk mengedepankan usaha dan layanan syariah. Total aset sudah Rp40 triliun, salah satu yang cukup besar di Indonesia,” ujar Romy Buchari, Head of Shariah Banking Bank Maybank Indonesia beberapa waktu lalu.
Pencapaian UUS Maybank Indonesia tersebut tidak lepas dari strategi yang diterapkan. Pertama, strategi shariah first. Ini bukan hanya slogan, tapi mindset. Maybank Indonesia mengedepankan solusi keuangan syariah di semua lini bisnisnya. Strategi ini bukan berarti memaksakan produk syariah kepada nasabah, tapi selalu memperhatikan kebutuhan mereka apa. Dari kebutuhan tersebut, dicarikan produk atau solusi syariah yang tepat bagi nasabah.
Kedua, leverage model atau sinergi perbankan. Semua infrastruktur milik Maybank Indonesia bisa digunakan untuk mempromosikan dan mendistribusikan produk maupun solusi perbankan syariah ke nasabah. Saat ini Maybank Indonesia memiliki 345 cabang, di mana Maybanker di cabang-cabang itu bisa membantu nasabah mendapatkan layanan syariah. Maybank juga mempunyai 19 cabang syariah yang khusus memberikan layanan syariah.
“Lalu tambahkan infrastruktur lainnya seperti M2U, M2E. Ini kan menjadi platform distribusi juga. Semua platform itu menyediakan fasilitas dan pelayanan syariah. Ini membuat syariah kami tumbuh dengan pesat. Skala ekonominya sangat efisien, Kita tidak harus membuka cabang banyak, tidak harus mempunyai mobile banking system tersendiri. Digitalisasi itu kudu (keharusan). Investasinya cukup besar, kalau untuk bank yang kecil, itu lumayan berat. Karena kita bagian dari organisasi yang lebih besar, kita bisa spread biayanya jadi lebih efisien,” papar Romy.
Ketiga, adalah approach bahwa perbankan syariah itu untuk semua. Tidak peduli agama atau background masing-masing nasabah. Prinsp-prinsip syariah seperti transparansi, keadilan, dan fairness sebenarnya adalah prinsip yang universal. Artinya perbankan syariah inklusif buat semua kalangan.
Ke depan, Romy berharap porsi perbankan syariah yang baru 7% terhadap perbankan nasional dapat terus meningkat. Apalagi bila dibandingkan negara-negara muslim lain, pangsa perbankan syariah di Indonesia masih sangat rendah. Misalnya saja Malaysia sudah di atas 30%, Uni Emirat Arab 35%, dan Arab Saudi yang sudah mencapai 70%. Kontribusi perbankan syariah di Indonesia harusnya bisa dikejar ke kisaran 25-30%.
“Jadi perbankan syariah akan menjadi sistem perbankan yang mainstream di Indonesia, tidak hanya niche. Tidak hanya spesialis. Tapi semua bisa memakai dan mendapatkan faedah dari perbankan syariah,” ujar Romy.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut hingga akhir 2022, porsi aset perbankan syariah naik 15,63% year on year (yoy), atau menjadi Rp802,26 triliun. Terhadap total aset perbankan nasional yang mencapai Rp11,11 kuadriliun, pangsa aset perbankan syariah baru 7,09%. Meski terbilang masih rendah, namun tren pertumbuhan bank syariah bisa dibilang sudah on the track. Porsi asetnya perbankan syariah terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak pertama bank syariah di Indonesia beroperasi pada 1992, pangsa perbankan syariah baru bisa menembus kisaran 5% pada 2016, tepatnya 5,33%. Lalu perlahan naik sampai tembus 6,18% pada 2019. Merangkak ke 6,51% di 2020, dan tembus 6,74% di akhir 2021, sampai menembus 7,09% pada 2022. (*) Ari Astriawan
Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More
Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More