Pasar Modal

Dibayangi Potensi Kenaikan Bunga BI, Tren Pelemahan IHSG Diproyeksi Berlanjut

Jakarta – Sudah sepekan lebih posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah terendam di zona merah. Sejumlah sentimen negatif yang berkeliaran di pasar membuat indeks tak kuasa melawan tren pelemahan yang terjadi.

Termasuk juga pada perdagangan awal pekan, Senin (17/10), indeks diyakini belum akan mampu mentas ke zona hijau.

Tekanan terutama datang dari ranah global, di mana inflasi AS pada September lalu melambung hingga mencapai 8,2 persen. Kondisi ini dikhawatirkan pelaku pasar bakal semakin meningkatkan agresifitas The Fed dalam mengatrol suku bunga acuannya.

Jika kondisi ini terjadi, Bank Indonesia (BI) dinilai tak punya pilihan lain , selain ikut menaikkan suku bunga acuan, demi menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar tidak semakin terpuruk dari kondisi saat ini di level Rp15.400 per dolar AS.

“Kondisi ini dalam jangka pendek mungkin bisa mengurangi tekanan dari capital outflow terhadap IHSG, namun potensial upside-nya akan cenderung terbatas. Baru nanti ketika rupiah sudah mulai stabil, indeks baru bisa melaju lagi,” ujar Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewanto, dikutip 17 Oktober 2022.

Dalam enam hari perdagangan sebelumnya, IHSG konsisten berjalan di zona merah, dengan pelemahan kumulatif mencapai 3,02 persen, menuju 6.814,53.

Rata-rata transaksi sepanjang pekan lalu naik tipis, sebesar 2,72 persen menjadi 24,05 miliar saham. Namun, kapitalisasi pasar turun 2,43 persen, menjadi Rp9.009,95 triliun, dalam periode yang sama.

“Sepinya transaksi ini menunjukkan bahwa pelaku pasar tak mau gegabah, dan cenderung wait and see, menunggu sampai kondisi di pasar cenderung membaik,” tutur Pandhu.

Selain kondisi pasar yang cenderung wait and see, laju indeks disebut Pandhu juga diperberat oleh tren capital outflow yang cenderung meningkat, lebih dari Rp1,1 triliun di pasar reguler.

Namun demikian, Pandu menilai masih ada sejumlah saham yang memiliki prospek cerah, sehingga layak untuk dipertimbangkan pada perdagangan kali ini.

Salah satunya dari sektor perbankan, yang seiring asumsi kenaikan BI Rate tentu diyakini membuat kinerjanya semakin prospektif.

Baca juga: Seluruh Sektor Saham Tersungkur, IHSG Lanjutkan Tren Pelemahan

Selain itu, potensi juga dimiliki oleh sektor komoditas, yang harganya terus melambung, sehingga diyakini dapat mendongkrak kinerja emiten pertambangan ke depan.

Atas dasar pertimbangan tersebut, Pandhu pun merekomendasikan sejumlah saham, seperti BBRI, BBNI, ITMG, ADRO, PNLF dan PNBN. (*) TAF

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

IHSG Dibuka Menguat 0,11 Persen ke Level 7.500

Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (6/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

1 hour ago

IHSG Rawan Terkoreksi, Saham ANTM hingga TINS Direkomendasikan Analis

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

2 hours ago

PP Hapus Tagih Diteken Presiden Prabowo, Jumlahnya Capai Rp8,7 Triliun

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More

4 hours ago

AXA Mandiri Meluncurkan Produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera

Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More

11 hours ago

Bank NTT dan Bank Jatim Resmi Jalin Kerja Sama Pembentukan KUB

Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More

12 hours ago

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

13 hours ago