Moneter dan Fiskal

Di Tengah Suku Bunga Global Tinggi, Bos OJK Ungkap Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat. Hal ini turut berkontribusi dalam mempertahankan kinerja perekonomian nasional di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

“Sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan nasional mampu memitigasi risiko higher for longer suku bunga global,” kata Ketua OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Senin 9 Oktober 2023.

Baca juga: OJK Dorong Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan di Sektor Jasa Keuangan

Mahendra melanjutkan, ketidakpastian kinerja perekonomian global masih berlanjut. Tercermin dari tingginya angka inflasi di Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan sifat hawkish oleh The Fed.

Tak hanya di AS, Bank Sentral Eropa juga sedang memperketat kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga. Di tengah lemahnya kinerja perekonomian dan tingginya angka inflasi.

“Sehingga, otoritas moneter Eropa menaikan suku bunganya, namun juga menginsyaratkan tingkat suku bunga saat ini telah mencapai puncaknya,” katanya.

Sementara itu di Tiongkok, insentif fiskal dan moneter yang dikeluarkan otoritas Tiongkok masih sangat terbatas. Sebab, pemulihan ekonomi di sana masih belum sesuai ekspektasi, bahkan kinerja ekonomi Tiongkok masih di level pandemi.

“Perkembangan-perkembangan itu mendorong berlanjutnya kenaikan yield surat utang di AS dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap semua mata uang dunia utama lainnya dan negara berkembang. Sehingga menyebabkan tekanan outflow dari pasar emerging market termasuk Indonesia,” ungkapnya.

Di sisi domestik, volatilitas di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar berada dalam tren yang meningkat. Di perekonomian domestik, tingkat inflasi meningkat menjadi 3,27 persen yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 3,3 persen.

Baca juga: Bos OJK Ungkap Sektor Jasa Keuangan RI Masih Resilien

Hal ini didorong oleh kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama kategori makanan minuman, dan tembakau.

“Tren pergerakan inflasi inti masih melambat menurun menjadi 2,18 persen yoy yang tercermin juga dari rendahnya penjualan retail. Namun demikian kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus,” imbuh Mahendra. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

1 hour ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

2 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

3 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

22 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

22 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

22 hours ago