Jakarta – Raja Yordania Abdullah II menjadi pemimpin Arab pertama yang bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Gedung Putih sejak dimulainya masa jabatan kedua Trump pada 20 Januari.
Pertemuan ini berlangsung pada Selasa, 11 Februari 2025, dan menempatkan Raja Abdullah dalam posisi yang sulit, terutama karena gencatan senjata di Gaza yang baru-baru ini disepakati berisiko gagal.
Baca juga : Erdogan Tolak Mentah-Mentah Usulan Trump Relokasi Warga Gaza
“Ini bukanlah hal yang rumit untuk dilakukan,” ujar Trump, dinukil Al Jazeera, Rabu, 12 Februari 2025.
“Dengan Amerika Serikat yang menguasai wilayah tersebut, wilayah yang cukup luas Anda akan memiliki stabilitas di Timur Tengah untuk pertama kalinya,” tambahnya.
Tekanan Trump terhadap Yordania soal Pengungsi Palestina
Diketahui, meskipun Yordania dan AS memiliki hubungan historis yang kuat, Trump dilaporkan berulang kali menekan Raja Abdullah dan pemerintahannya untuk menerima pengungsi Palestina dari Gaza, yang terus dilanda perang sejak serangan militer Israel dimulai pada Oktober 2023.
Baca juga : Relokasi Warga Gaza ke Indonesia Dinilai Hanya Perkuat Pendudukan Israel
Sementara itu, AS telah menyatakan niatnya untuk “mengambil alih” wilayah Gaza yang kosong dari penduduk, memindahkan warga Palestina ke negara-negara tetangga tanpa hak untuk kembali.
Jika perlu, Trump mengancam akan menahan bantuan AS kepada Yordania dan Mesir sebagai upaya membujuk mereka menerima lebih banyak pengungsi Palestina.
“Ya, mungkin. Tentu, mengapa tidak? Jika tidak, saya mungkin akan menahan bantuan,” ujar Trump dikutip dari VOA Indonesia.
Penolakan Tegas Yordania dan Kekhawatiran Keamanan
Yordania, yang saat ini menjadi rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina, bersama dengan negara-negara Arab lainnya, menolak dengan tegas rencana relokasi warga Gaza yang diusulkan Trump.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan bahwa penolakan negaranya terhadap gagasan tersebut bersifat tegas dan tak tergoyahkan.
Selain kekhawatiran atas terhambatnya solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, Yordania dan Mesir juga menyuarakan kekhawatiran keamanan terkait penerimaan pengungsi dalam jumlah besar, bahkan jika bersifat sementara.
Baca juga: Reaksi Pemimpin Dunia usai Tercapainya Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza
Ketika ditanya bagaimana ia akan membujuk Raja Abdullah untuk menerima warga Palestina, Trump menjawab, “Saya pikir dia akan menerimanya, dan saya pikir negara lain juga akan menerimanya. Mereka baik hati.”
Rangkaian Pertemuan dengan Pejabat AS
Selama kunjungannya, Raja Abdullah juga bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi pemerintahan Trump, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz, Utusan Timur Tengah Steve Witkoff, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth. Selain itu, Raja Abdullah bertemu dengan sekelompok anggota parlemen bipartisan di Capitol Hill. (*)
Editor: Yulian Saputra