Jakarta – Dunia masih menghadapi tantangan dalam memerangi jenis ancaman serangan siber di tengah pandemi global. Bahkan, setelah tiga tahun insiden Wannacry yang tidak dapat dihindari, terutama di Indonesia. Industri keuangan dan perbankan pun tak luput dari incaran serangan ransomware.
Statistik terbaru Kaspersky, menunjukkan bahwa selama paruh pertama tahun ini tercatat 831.105 percobaan ransomware telah diblokir di wilayah Asia Tenggara. Lalu, 298.892 di antaranya merupakan upaya terhadap pengguna di Indonesia. Meskipun deteksi ransomware di negara ini 69% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019, hampir setengah (49%) dari upaya yang terdeteksi dari Januari hingga Juni 2020 ditargetkan pada sektor enterprise di Indonesia, kemudian diikuti oleh konsumen (39,94%) dan UKM (2,13%).
Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky, menjelaskan bahwa sektor ke perbankan menjadi target utama ransomware “Dimanapun lembaga yang terkait data pelanggan dan uang akan menjadi target menyegarkan untuk pelaku kejahatan siber. Selain itu, perusahaan di sektor bank cenderung menjadi target kejahatan siber yang mudah. Oleh karena itu, perlu solusi holistik sebelum adanya serangan yang dapat mendeteksi dan merespon,” ujarnya, dalam diskusi virtual di Jakarta, Rabu, 2 September 2020.
Dony menambahkan, serangan ransomware Wannacry pertama dihadapi Indonesia pada beberapa tahun lalu. Hal itu menunjukkan bahwa bisnis dalam segala bentuk dan ukuran harus mempertimbangkan untuk meningkatkan protokol dan infrastruktur keamanan siber mereka agar tidak menjadi korban ancaman ini.
“Sementara laporan kami menunjukkan lebih sedikit ransomware yang diblokir, penting untuk dicatat bahwa perusahaan di Indonesia adalah target utama aktor ancaman terkait. Penerapan kerja dari rumah saat ini memperluas permukaan serangan dan meningkatkan celah yang dapat dieksploitasi oleh penjahat dunia maya. Sekarang adalah waktu terbaik bagi perusahaan dan organisasi melakukan evaluasi untuk kesiapan mereka dalam menghindari dan menghadapi ransomware. Kebiasaan dasar seperti mencadangkan data, menggunakan perangkat lunak yang sah, menerapkan solusi keamanan yang kuat menjadi langkah sederhana namun dapat sangat membantu,” pungkasnya.
Ransomware telah menjadi tantangan besar bagi banyak organisasi di dunia termasuk Indonesia walaupun taktik yang digunakan masih sangat kuno seperti email phishing, website yang terinfeksi program berbahaya, atau software yang tidak diperbarui. Pada tahun 2019 saja, organisasi kehilangan rata-rata $1,46 juta karena insiden ransomware termasuk biaya downtime, pembayaran denda, dan kerusakan reputasi. (*) Ayu Utami
Jakarta - Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More
Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menargetkan jumlah agen asuransi umum mencapai 500 ribu… Read More
Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More