Jakarta – Meski dihadang pandemi covid-19, industri perdagangan berjangka komoditi tetap mampu mencatatkan pertumbuhan positif. Total transaksi kontrak berjangka derivatif di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang dikliringkan di PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI pada periode Januari sampai Mei 2020 menunjukkan peningkatan 31,8% secara tahunan dari 2.494.169,7 lot menjadi 3.287.455,1 lot.
Transaksi kontrak berjangka derivatif sendiri terdiri dari currency, index dan sistem perdagangan alternatif (SPA). Untuk currency, dalam periode Januari hingga Mei 2020 terjadi pertumbuhan 18,1% yoy, di mana volume transaksinya meningkat dari 371.422,9 lot menjadi 438.594,2 lot. Selanjutnya, Index juga terjadi kenaikan volume transaksi dari 295.009,6 lot menjadi 360.359,6lot, atau tumbuh 22,6%.
Adapun untuk Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), di periode sama terjadi peningkatan volume transaksi sebesar 36,2% dari 1.827.737,2 lot menjadi 3.287.455,1 lot.
“Pertumbuhan positif di perdagangan berjangka komoditi selama masa pandemi ini, tentu sebuah hal yang menggembirakan. Dari sisi yang lain kami melihat, bahwa dengan adanya ketidakpastian di saat pandemi, justru menarik bagi para pelaku untuk melakukan transaksi. Selain itu, pertumbuhan ini membuktikan bahwa perdagangan berjangka komoditi cukup tahan banting,” kata Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia dalam Ngopi Virtual bersama media, Senin, 8 Juni 2020.
Fajar menambahkan, kenaikan transaksi pasar berjangka komoditi ini antara lain ditopang oleh volatilitas harga emas yang membuat pelaku industri lebih bergairah dalam melakukan transaksi. Kondisi pasar saham yang sedang menurun juga bisa jadi membuat beberapa investor melakukan pengalihan investasi ke bursa berjangka komoditi.
Di lain sisi, penurunan terjadi di pasar fisik timah murni batangan. Namun saat ini mulai kembali menunjukkan tren peningkatan. Pembiayaan resi gudang juga mengalami penurunan. “Melihat kondisi sekarang, pemberlakuan new normal, dan masyarakat juga semakin terbiasa dengan digitalisasi. Kami optimis industri ini masih on the track,” tegas Fajar. (*) Ari AS