Likuiditas perbankan terus banjir, tak terkecuali DPK Bank Mayapada yang juga tumbuh. Efeknya rasio loan to deposit rasio (LDR)-nya makin prudent. Apa rahasianya?
Oleh: Tim Biro Riset InfoBank
DANA pihak ketiga (DPK) perbankan terus mendaki. Tapi, tidak semua bank dananya mendaki. Ada yang naik dan ada yang turun. Bank Mayapada (MAYA) adalah salah satu bank jajaran bank BUKU III yang DPK mendaki. Bahkan, likuiditas perbankan juga tetap “basah”, tak terkecuali Bank Mayapada dengan angka Loan Deposit Rasio (LDR)-nya tetap prudent.
Tidak mudah bank-bank mengarungi di tengah badai Covid-19. Pada Triwulan III ini, pemerintah (Menkeu) sudah mengumumkan kondisi perekonomian yang masuk lorong resesi. Ekonomi diperkirakan kontraksi minus 0,9 persen hingga minus 2 persen.
Intinya, meski masih lebih baik di bandingkan Negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, ekonomi Indonesia masuk ke lorong resesi. Perlu langkah antisipasi, terutama menyangkut likuiditas dan permodalan.
Seperti diungkapkan oleh Heru Kristiyana, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beberapa waktu lalu dalam acara Infobank, ke depan bank-bank perlu didukung modal kuat, dan komitmen pemiliknya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan bank. ”Bank-bank perlu mempersiapkan modal yang lebih, untuk menghadapi tantangan ke depan yang tidak ringan,” kata Heru Kristiyana ketika berbicara mengenai antisipasi bank menghadapi penurunan ekonomi.
Bukan hanya Heru Kristiyana, Fathan Subchi, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI bidang keuangan perbankan pun sejak awal menekankan tentang komitmen modal dari pemilik, merupakan syarat penting bagi bank menghadapi tantangan di tengah Pandemi Covid-19. ”Modal dan likuiditas tidak bisa ditawar untuk antisipasi menghadapi penurunan ekonomi,” katanya beberapa waktu lalu dalam sebuah acara Infobank MediaTalk.
Bank Mayapada yang setidaknya dapat melalui dengan baik selama Pandemi Covid-19. Setelah pemegang saham menyetor modal yang membuat posisi rasio modalnya mendekati angka 19%, sisi likuiditas terus tumbuh. Lihat saja angka-angka yang diumumkan oleh bank dengan kode emiten MAYA ini.
Menurut Biro Riset Infobank, berdasarkan data-data keuangan publikasi, Bank Mayapada Internasional mengungkapkan, ada tiga hal penting yang dilakukan. Pertama, melakukan aset strategi ke arah kualitas aset. Bank Mayapada dalam Triwulan III ini tidak menggenjot aset, tapi lebih pada aset kualitas. Hal itu tercermin pada menahan pertumbuhan kredit, dan lebih pada kualitas kredit, yang tercermin pada penurunan kredit bermasalah atau NPL.
Kedua, pentingnya terus mempertahankan likuiditas, terutama ke produk giro yang cost of fund-nya relative lebih murah. Perbaikan likuiditas ini juga akan berpengaruh pada posisi loan to deposit rasio (LDR) yang lebih prudent. Per September 2020, produk giro dan deposito nya terus tumbuh jika dibanding pada posisi Agustus 2020.
Tiga, peningkatan modal dari pemegang saham untuk terus mempertahankan posisi capital adequacy ratio (CAR) lebih prudent, plus komitmen pemegang saham untuk terus mengembangkan Bank Mayapada, terutama menyangkut likuiditas dan kebutuhan modal bank.
Catatan Biro Riset Infobank, pada periode sampai September 2020, pemegang saham Bank Mayapada, Dato Sri Tahir sudah menyetor modal sebesar Rp4,5 triliun (April 2020). Komitmen ini tentu menjadi jaminan mutu bagi nasabah. Apalagi, dalam beberapa kesempatan Dato Sri Tahir hadir berkomunikasi langsung dengan nasabah. Komintmen keluarga besar Dato Sri Tahir dan kehadirannya di tengah nasabah memberi “vitamin” Bank Mayapada di tengah Pandemi Covid-19.
Langkah-langkah itu ternyata berhasil, setidaknya beberapa indikator keuanganya tumbuh di Triwulan III. Seperti dalam data keuangannya, posisi keuangan September 2020 merupakan posisi terbaik. Satu, Bank Mayapada masih terus memupuk laba jika dibandingkan posisi Juni 2020, bahkan Agustus 2020. Selama enam bulan dari Maret 2020, faktanya lama Bank Mayapada terus naik.
Laba MAYA per September 2020 mencapai Rp260,091 miliar. Labanya memang turun dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun yang lebih melegakan selama enam bulan Maret-September 2020 pemupukan modal mempunyai trend mendaki dengan angka kredit bermasalah yang rendah. Restrukturisasi kredit yang dijalankan berbuah.
Hal itu bisa saja, karena aset Bank Mayapada makin berkualitas. Lihat pula posisi NPL Bank Mayapada yang sudah bersih. Ada dua hal penting, karena modalnya relative besar (18,89%), maka langkah hapus buku kredit macet menjadi lebih baik, sehingga posisi kredit bermasalah (NPL) gross pun menurun drastis.
Nah, karena kemampuan pemupukan cadangan (karena modal relative besar) yang lebih memadai, maka kredit bermasalah (NPL net) Bank Mayapada pun rendah. Dibandingkan dengan rata-rata nasional, NPL Nett Bank Mayapada hanya 1,91%. Sedangkan NPL Nett nasional dalam kisaran angka 2-3%. Angka kredit bermasalah Bank Mayapada selama ini dapat di tekan dengan baik.
Tanpa dukungan modal pemegang saham, rasio modal tidak bisa mendekati angka CAR sebesar 19%, jika hanya mengandalkan pemupukan laba semata. Akibatnya, “kuda-kuda” modal Bank Mayapada makin kokoh. Lihat rasio modalnya, per September 2020 sebesar 18,89%, atau jauh lebih kuat dibandingkan dengan per Maret 2020 dengan CAR hanya 13,75%, meski masih memadai karena ketentuan CAR 8%-12%. Namun, komitmen pemegang saham yang besar, maka pemegang saham pun menyetor modal sebesar Rp4,5 triliun dalam tahun ini yang sudah tercermin di laporan keuangan September 2020 lalu.
Jika mencermati angka-angka Bank Mayapada, setidaknya hal paling penting, selain peningkatan kualiatas aset, peningkatan kekuatan modal, mencetak laba. Juga, peningkatan dana pihak ketiga, terutama dari sisi giro dan deposito. Rasio-rasio keuangan yang membaik. Boleh jadi langkah-langkah di masa Pandemi COVID-19 yang dilakukan Mayapada, seperti penekanan pada kualitas kredit membuat posisi likuiditasnya lebih basah.
Posisi likuiditasnya yang tercermin pada LDR-nya pun masuk zona hijau atau aman. Lihat saja, LDR nya dari 93,34% di akhir tahun lalu, kini sudah makin prudent menjadi 87,28%. Bahkan jika dibandingkan angka per Juni 2020 pun LDR nya masih lebih prudent.
Langkah ini dinilai oleh analis merupakan langkah tepat. ”Bank-bank perlu mempertahankan likuiditas dan angka LDR harus dijaga dengan baik sesuai dengan ketentuan dan lebih baik jika di bawah 90%. Itu artinya likuiditasnya longgar, dan baik,” kata Aviliani, Ekonom dari Indef dalam acara diskusi dengan Infobank.
Boleh jadi, pelajaran penting di masa Pendemi COVID-19 ini, khususnya bagi bank-bank tak lain menjaga kualitas aset. Tidak berburu aset. Langkah Bank Mayapada yang dilakukan selama enam bulan terkahir ini, telah menghasilkan bank yang prudent yang tercermin dari angka LDR dan CAR yang kuat (18,89%).
Itu artinya, kepercayaan masyarakat yang tercermin pada peningkatan dana pihak ketiga, dan berakibat pada likuiditas yang tetap besar (LDR). Tidak hanya itu. Komitmen pemegang saham , yang direpresentasi lewat angka besarnya rasio modal (CAR) dan kredit bermasalah yang rendah (NPL), maka Bank Mayapada terus tumbuh di masa Pandemi Covid-19 ini. (*)
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More