Jakarta – Presidensi G20 2022 merupakan ajang yang bersejarah bagi Indonesia. Dengan mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”, Indonesia mengajak para pemimpin dunia terutama negara anggota G20 untuk bahu-membahu, bersinergi, berkolaborasi, saling mendukung untuk pulih bersama dan bangkit kembali secara berkelanjutan.
Apalagi kehadiran negara-negara anggota G20 dan negara-negara mitra pada pertemuan yang digelar pada 15-18 Februari di Jakarta ini menjadi kesempatan berharga bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berorientasi ekspor untuk menunjukkan produk-produk berkualitas. Dengan demikian diharapkan UMKM bisa bersaing secara global.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan dalam peningkatan ekspor nasional mendapatkan kehormatan untuk berpartisipasi pada perhelatan G20 ini. Sejumlah UMKM berorientasi ekspor yang diantaranya merupakan hasil program Coaching Program for New Exporter (CPNE) atau program rintisan ekspor baru dihadirkan untuk menunjukan ketahanan UMKM ditengah pandemi Covid-19.
Direktur Eksekutif LPEI, Rijani Tirtoso dalam keterangannya yang dikutip Jumat, 18 Februari 2022 mengungkapkan, pada presidensi G20 ini, LPEI menghadirkan 16 UMKM terpilih dimana diantaranya merupakan hasil program Jasa Konsultasi yaitu CPNE. Sebuah program pelatihan berkelanjutan selama 1 tahun atau bisa dibilang inklusi keuangan kepada para UMKM berorientasi ekspor yang bertujuan agar dapat melahirkan eksportir baru.
Sektor UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 60,51% atau senilai Rp9.580 triliun, UMKM yang saat ini berjumlah di kisaran 64,2 juta berkemampuan menyerap 96,92% dari total tenaga kerja serta dapat menghimpun sampai 60,42% dari total investasi.
“Kehadiran mereka pada presidensi G-20 menunjukan ketahanan para UKM menghadapi badai pandemi yang telah terjadi selama kurang lebih 2 tahun terakhir,” ujar Rijani Tirtoso.
UMKM berorientasi ekspor hasil program CPNE ini dapat ditemui pada stand Rumah Joglo dan Rumah Minahasa di JCC, Senayan. Produk-produknya pun cukup variatif seperti fashion, kerajinan tangan dan dekorasi rumah, sampai dengan aksesoris. Lebih uniknya lagi, alat tenun bukan mesin (ATBM) dari salah satu mitra binaan yang memproduksi kain sarung diboyong langsung ke JCC dan menarik perhatian sejumlah delegasi, bahkan Menteri Keuangan RI.
Program Jasa Konsultasi, CPNE merupakan salah satu mandat Pemerintah melalui Undang-Undang kepada LPEI untuk menciptakan eksportir baru. Program pendampingan dan pelatihan selama 1 tahun ini juga tetap dilakukan LPEI pada masa Pandemi COVID-19 dan telah melahirkan lebih dari 2000 alumni. Harapannya tentu adalah inklusi keuangan yang berkelanjutan kepada UKM dapat terakselerasi khususnya terkait ekspor sesuai dengan salah satu agenda finance track pada presidensi G-20 Indonesia yaitu “Financial Inclusion: Digital and SMEs”. (*)
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More