Bali – Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan bersama tujuh investor bisnis industri pariwisata menandatangani perjanjian kerja sama investasi untuk pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba dengan komitmen investasi mencapai sekitar Rp6,1 triliun atau sekitar US$400 juta dengan lahan pengembangan seluas 77,5 hektar.
Penandatanganan perjanjian investasi diselenggarakan dalam rangkaian pertemuan tahunan IMF-Word Bank (WB) di Bali yang disaksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). BPODT memastikan para investor untuk melakukan pengembangan dengan pendekatan eco-tourism, yaitu pengembangan yang menjaga kelestarian lingkungan, pengembangan yang melibatkan pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Danau Toba, serta pengembangan dengan menjaga kearifan lokal dan tradisi warisan budaya setempat.
Dalam kesempatan sebelumnya, pada bulan Juli 2018 Presiden Joko Widodo telah mencanangkan Danau Toba sebagai salah satu dari empat destinasi pariwisata super prioritas yang menjadi fokus pengembangan. Selain itu, Pemerintah juga menargetkan Danau Toba sebagai eco-tourism andalan Indonesia. Dengan demikian, diharapkan kunjungan wisatawan domestik dan manca negara akan terus meningkat.
“BPODT menyambut sangat baik para investor yang berkomitmen tinggi untuk kembangkan Danau Toba sebagai kawasan eco-tourism. Kerja sama yang terjalin ini tidak hanya mengenai solusi investasi saja. Kami bersama-sama dengan para investor akan memastikan bahwa proses pengembangan berjalan sesuai dengan pendekatan eco-tourism yang menjaga keharmonisan alam, manusia dan aspek spiritual,” ujar Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo, di Bali, seperti dikutip, Jumat, 12 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, sejak dimulainya kerja sama ini, para investor akan mulai melakukan pengembangan dengan membangun fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata seperti hotel dan resort berstandar internasional, MICE (meeting, incentive, convention and exhibition), agro-forestry, pertanian organik, wisata desa, pendidikan tentang pariwisata dan pemberdayaan sosial-ekonomi yang memungkinkan masyarakat di wilayah pariwisata Danau Toba dan sekitarnya menjadi sejahtera.
Adapun luas area yang dimanfaatkan seluas lebih kurang 386 hektar di Kabupaten Toba Samosir untuk pengembangan Lake Toba Eco-Cultural Tourism Development. “Untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi wisata berkelas dunia, peran sektor swasta dalam pengembangan kawasan ini sangat penting,” tambah Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ketua Pokja Bidang Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, Hiramsyah S. Thaib.
Beriringan dengan hal tersebut, Pemerintah juga memberikan dukungan penuh melalui Strategi Pengembangan Pariwisata “3A” yaitu Atraksi (mencakup 9 Portfolio Strategi Pariwisata), Akses (dengan panduan Pemerintah) dan Amenitas (melibatkan sektor swasta), serta pembangunan infrastruktur, kemudahan perizinan dan hal terkait lainnya. “Saya yakin, para pelaku bisnis industri pariwisata dapat bergerak cepat untuk melakukan pengembangan,” paparnya.
Selain itu, Pemerintah juga telah banyak melakukan terobosan untuk meningkatkan kepariwisataan Indonesia agar dikenal di dunia internasional, termasuk mengupayakan agar Geopark Kaldera Toba mendapat pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark.
Tahun 2019 mendatang, industri pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar di Indonesia yaitu US$20 miliar, serta ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional bahkan melampaui ASEAN. Saat ini country branding Wonderful Indonesia menempati posisi 47 dunia dengan perbandingan Truly Asia Malaysia pada peringkat 96 dan Amazing Thailand peringkat 83. (*)