Moneter dan Fiskal

Di IMF-WB 2018, BI dan The Fed Bicarakan Dampak Kondisi Global ke Negara Berkembang

Nusa Dua – Dalam Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-WB) 2018 yang diselenggarakan di Bali, Bank Indonesia (BI) melakukan diskusi dengan Bank Sentral AS (The Fed) untuk membahas perkembangan ekonomi global, dan normalisasi kebijakan moneter yang terjadi di negara-negara maju

Adapun pertemuan tersebut dilakukan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, bersama dengan Ketua Dewan Pengurus Bank Sentral AS (Chairman of the Federal Reserve), Jerome Powell, di Nusa Dua, Bali, 12 Oktober 2018. Dalam pertemuan ini, kedua bank sentral membicarakan dampak dari kondisi global yang tak menentu.

“Membahas perkembangan ekonomi global, normalisasi kebijakan moneter yang terjadi di negara-negara maju, serta dampaknya pada negara-negara berkembang (emerging market),” ujar Perry.

Selain itu, di depan Jerome Powell, Gubernur BI juga menjelaskan ketahanan perekonomian Indonesia dal menghadapi dampak rambatan ekonomi global yang didukung oleh bauran kebijakan (policy mix) yang dilakukan oleh BI bersama dengan Pemerintah. Terlebih, intensitas perang dagang yang semakin meningkat juga menjadi perhatian utama.

IMF juga menilai, kondisi perekonomian global masih diwarnai ketidakpastian yang dipicu oleh intensitas perang dagang yang meningkat. Bahkan ketegangan perdagangan yang terjadi saat ini dapat mengurangi 1 persen produk domestik bruto (PDB) global hingga 2019.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dalam sambutannya mengatakan, bahwa IMF telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hingga akhir tahun ini dikisaran sebesar 3,7 persen, atau turun dari proyeksi IMF yang sebelumnya yang mencapai 3,9 persen. Begitu juga di tahun depan, ekonomi global diprediksi tumbuh sebesar 3,7 persen.

“Kami memperkirakan bahwa eskalasi ketegangan perdagangan saat ini dapat mengurangi PDB global hampir 1 persen selama dua tahun ke depan,” kata Lagarde.

Dirinya juga meminta agar semua negara di dunia bisa bekerjasama menangani permasalahan perdagangan. Namun yang utama, sistem perdagangan global perlu direformasi menjadi lebih baik dan adil untuk semua negara. “Kita perlu mengurangi sengketa ini. Itu berarti memperbaiki sistem, bersama-sama,” jelas Lagarde. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

7 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

13 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

13 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

14 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

15 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago