Di 2026, PDB Indonesia Akan Melesat Berkat Transaksi Real Time

Di 2026, PDB Indonesia Akan Melesat Berkat Transaksi Real Time

Jakarta – Indonesia diprediksi akan meraup keuntungan ekonomi yang besar pada tahun 2026 mendatang, karena dengan cepat merangkul era baru pembayaran real-time online.

Menurut edisi ketiga laporan Prime-Time for Real Time 2022, yang dipublikasikan oleh ACI Worldwide, bersama GlobalData, perusahaan data dan analitik terdepan dan Centre for Economics and Business Research (Cebr), Product Domestic Bruto (PDB) berpotensi meningkat 2,7% di 2026 dengan transaksi real-time diperkirakan akan mencapai Rp1,6 miliar.

“Indonesia memiliki sangat banyak peluang pembayaran real-time. Tidak diragukan lagi bahwa negara ini ditakdirkan menjadi pemain terdepan dalam pembayaran real-time, baik di wilayah ini maupun global dalam tahun-tahun mendatang, dengan semua dampak sosial positif dan ekonomi yang akan dibawanya,” kata Chee Cheng Ong, SVP and Head of ASEAN, ACI Worldwide, Selasa, 28 Juni 2022.

Laporan yang melacak volume dan pertumbuhan pembayaran real-time di 53 negara itu meliputi studi terhadap dampak ekonomi untuk pertama kalinya, memberikan pandangan komprehensif mengenai manfaat ekonomi bagi konsumen, bisnis, dan ekonomi yang lebih luas di 30 negara. Laporan ini mencakup semua negara G20, kecuali Rusia.

Menurut laporan ini, outlook positif tersebut adalah hasil dari beberapa faktor, diantaranya serangkaian kondisi pasar yang mendukung, pemerintah secara terbuka menyatakan keinginan untuk menciptakan peta jalan ekonomi digital terintegrasi yang lengkap hingga 2025 dan komitmen bank sentral untuk memastikan sektor keuangan sejalan dan mendukung inisiatif tersebut.

Penelitian juga menunjukkan bahwa pemerintah yang memajukan modernisasi real-time pada infrastruktur pembayaran nasional mereka menciptakan situasi yang sama-sama menguntungkan bagi semua pemangku kepentingan dalam ekosistem pembayaran.

Konsumen dan bisnis mendapatkan manfaat dari layanan pembayaran yang cepat, mulus, dan sangat terhubung, institusi keuangan bisa mempertahankan bisnis mereka di lingkungan yang sangat kompetitif dengan mempercepat modernisasi yang mengedepankan cloud dan berpusat pada data, dan pemerintah pusat mendongkrak pertumbuhan ekonomi, mengurangi ekonomi semu (shadow economy) dan menciptakan sistem keuangan yang lebih adil bagi semua.

Komponen penting dari peningkatan angka PDB Indonesia adalah peluncuran sistem pembayaran real-time BI-FAST pada Desember 2021. BI-FAST membentuk tulang punggung infrastruktur pembayaran real-time negara ini dan saat ini sudah melebihi ekspektasi. Jumlah bank dan institusi yang berpartisipasi sudah bertambah menjadi 52 dalam enam bulan pertama, menurut pengumuman terakhir dari pemerintah.

Indonesia juga mendapatkan manfaat dari terlambatnya negara memulai pembayaran real-time, karena dengan ini Indonesia dapat mengevaluasi dan mengadopsi teknologi dan praktik terbaik dari seluruh dunia. Ini bisa dilihat dengan implementasi pusat infrastruktur sentral modern dan teruji, dan solusi gateway partisipan yang memanfaatkan standar data keuangan terbaru, ISO 20022, untuk menyelaraskan ekosistem pembayaran real-time negara ini.

Menurut Leslie Choo, Managing Director of Asia-Pacific, ACI Worldwide, Asia Pasifik tetap berada di lini depan dalam inovasi pembayaran real time saat basis real time berputar menuju transaksi volume yang lebih besar dan layanan yang lebih canggih untuk bisnis dan pelanggan.

“Tahap berikutnya dari evaluasi untuk kawasan ini adalah mengembangkan linkage demi menyediakan infrastruktur real time pan-regional yang sesungguhnya, membuka kunci manfaat ekonomi yang jauh lebih besar dan membuka sektor finansial formal untuk populasi besar unbanked dan underbank di wilayah ini,” katanya,

Di sisi lain, Owen Good, Head of Advisory, Centre for Economics and Business Research, mengungkapkan, dengan memungkinkan transfer uang antara pihak dalam hitungan detik bukannya hari, pembayaran real-time meningkatkan keseluruhan efisiensi pasar dalam ekonomi. Pembayaran real time meningkatkan likuiditas dalam sistem keuangan dan dengan demikian bertindak sebagai katalis pertumbuhan ekonomi.

“Ini khususnya penting untuk gig economies (sistem kerja perusahaan yang lebih memilih pekerja independen atau kontrak jangka pendek) kita yang serba cepat dan dipimpin digital. Pekerja dibayar dengan cepat, sehingga mereka bisa merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik. Pembayaran instan memungkinkan bisnis untuk jadi lebih fleksibel dan mengurangi keharusan akan pengelolaan arus kas yang memberatkan,” ungkapnya. (*) Ayu Utami

Related Posts

News Update

Top News