News Update

Demam Korea Bisa Dorong Pemulihan Ekonomi RI, Begini Caranya

Jakarta – Demam Korea atau Korean Wave tengah menjadi fenomena yang sedang mendunia, tak terkecuali di Indonesia. Dalam beberapa tahun kebelakang, hampir semua kalangan khususnya remaja mengikuti tren yang dibawa oleh figur publik asal Korea ini.  

Banyak yang mengadaptasi cara berpakaian dan make up Korea. Tak sedikit pula artis Indonesia yang meng-cover lagu Korea. Fans garis keras terutama untuk boyband/girlband K-Pop di Indonesia pun jumlahnya sangat fantastis.

Menurut ahli di bidang branding, Yuswohady, demam K-Pop di Indonesia sudah terjadi dalam 10 tahun terakhir. Survei menunjukkan saat ini bintang-bintang K-Pop memiliki pasar yang besar dan trafik yang tinggi. 

“Dampaknya, perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai banyak yang memboyong artis Korea sebagai brand ambassador mereka karena banyaknya penggemar militan baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Yuswohady seperti dikutip di Jakarta, Kamis, 7 Januari 2021.

Sebut saja Tokopedia, yang berkolaborasi dengan BTS sebagai brand ambassador, kemudian Shopee yang menggaet Stray Kids, Blibli menggandeng Park Seo Joon dan Lazada bekerja sama dengan Lee Min Ho.

Belakangan juga sangat dielu-elukan drama Korea berjudul Start-Up. Serial televisi ini menggambarkan bagaimana pop culture bisa meningkatkan awareness industri startup hingga membantu kemajuan industri secara umum. 

Terbukti dari maraknya pemanfaatan momentum perang maya antara tim Nam Do-san vs Han Ji-pyeong oleh berbagai brand di Indonesia untuk meningkatkan engagement, misalnya.

Banyaknya acara e-commerce yang menghadirkan bintang asal Korea hingga keberadaan berbagai drama Korea, yang naik daun di tengah masyarakat Indonesia, ternyata membuat permintaan produk adaptasi Korea meningkat signifikan.

Contohnya, dampak drama Korea yang sering menayangkan adegan makan makanan khas Korea, membuat pegiat usaha di Indonesia yang menjual makanan khas Korea, seperti tteokbokki dan jajangmyeon, menjadi lebih laris. Bahkan di saat pandemi, Tokopedia mencatat penjualan makanan khas Korea di platformnya naik lebih dari 5x lipat.

Contoh lain, acara televisi Tokopedia ‘Waktu Indonesia Belanja’ (WIB), yang sempat melibatkan brand ambassadornya, BTS. Keterlibatan BTS membuat acara ini sangat ramai diperbincangkan di media sosial hingga menempati peringkat pertama trending topik, baik di Indonesia maupun worldwide.

Produsen mi instan lokal Mie Sedaap pun mengundang banyak sorotan ketika mengumumkan kolaborasi eksklusif dengan Siwon Choi, personel Super Junior sekaligus aktor asal Korea, sebagai brand ambassador salah satu seri produknya.

Selain mampu mendorong penjualan, strategi marketing seperti ini disinyalir bisa memupuk citra baik Indonesia, serta perusahaan-perusahaan dalam negeri di mata global termasuk investor dan secara tidak langsung mendorong masuknya investasi asing ke perusahaan-perusahaan Indonesia. 

Terlihat dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah investor asing gencar menanamkan investasinya di Indonesia, khususnya perusahaan teknologi buatan Indonesia, walau di tengah pandemi. 

Seperti Microsoft yang memberikan suntikan dana ke Bukalapak. Ada juga Google dan Temasek yang mengucurkan investasi ke Tokopedia. Di sisi lain, Traveloka pun menerima dana dari institusi keuangan global sebesar 250 juta USD atau setara dengan lebih dari Rp3,5 triliun.

Sementara menurut Pengamat Ekonomi dan Dosen Binus University, Doddy Ariefianto, tren iklan K-Pop di Indonesia secara tidak langsung mampu mendorong daya beli masyarakat terutama di kalangan anak muda. Apabila daya beli meningkat diikuti dengan membaiknya penjualan, maka tidak tertutup kemungkinan investasi juga akan masuk.

Investasi asing yang masuk ke Indonesia melalui perusahaan-perusahaan dalam negeri ini akhirnya akan kembali ke masyarakat Indonesia. Pasalnya, pengetahuan yang dibawa investor asing bisa membuat perusahaan-perusahaan Indonesia berkembang pesat dan berdaya saing global.

“Hal ini tentu akan berdampak kepada terciptanya lebih banyak lapangan pekerjaan, meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Siap-Siap! Transaksi E-Money dan E-Wallet Terkena PPN 12 Persen, Begini Hitungannya

Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More

52 mins ago

Kemenkraf Proyeksi Tiga Tren Ekonomi Kreatif 2025, Apa Saja?

Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More

1 hour ago

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

2 hours ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

2 hours ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

4 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

4 hours ago