Moneter dan Fiskal

Defisit Transaksi Berjalan Diperkirakan Melemah Semester II

Jakarta–Neraca perdagangan Maret 2016 tercatat US$497 juta, hal itu menurut Ekonom Mandiri Sekuritas Wisnu Trihatmojo di bawah ekspektasi yang ditetapkan Tim Riset Mandiri Sekuritas yaitu US$913,1 juta. Namun masih sejalan dengan prediksi konsensus yaitu US$465 juta.

“Ekspor lebih melunak daripada prediksi kami dan menyebabkan deviasi,” kata Wisnu dalam keterangan tertulisnya Senin, 18 April 2016.

Hal itu disebabkan oleh ekspor yang berkontraksi lebih dalam menjadi 13,5% secara year on year (yoy) hampir dua kali lipat dari posisi Februari 2016. Kontributor negatif terbesar pada penghitungan year-on-year terhadap ekspor adalah gas (-3,1ppt), BBM mineral (-4,0ppt), dan CPO (-2,4ppt). Sebagian dari mereka dihadapi oleh kenaikan ekspor emas (1,3ppt) dan mesin elektrik (0,9ppt).

“Pengiriman CPO yang lebih rendah yang bersamaan dengan penurunan ekspor ke India (-2,2ppt) sebagai pembeli terbesar komoditas tersebut,” tambahnya.

Di sisi impor, tercatat menciut 10,4% yoy, membaik dari sebelumnya yang tumbuh negatif 11,6% yoy karena kenaikan nonmigas. Sementara itu, impor migas dan produknya berkontraksi 27,5% yoy dan 38,4% yoy, tertolong oleh dua penyulingan yang baru beroperasi di Tuban dan Cilacap yang meningkatkan kapasitas memproses minyak di dalam negeri.

Sementara defisit neraca berjalan (CAD) kuartal pertama 2016 masih dalam jalur yang menyempit. Meskipun ada gap dengan prediksi surplus Riset Mandiri Sekuritas, ia memprediksi secara kumulatif triwulan pertama 2016 akan sebesar US$1,6 miliar dibandingkan kuartal terakhir 2015 yang tercatat US$443,7 juta, yang masih cukup jika CAD menyempit ke sekitar 2% dari GDP dibandingkan kuartal keempat 2015 yang 2,4% GDP.

“Kami menekankan bahwa defisit dapat melemah pada semester II tahun ini untuk mengantisipasi impor barang modal yang semakin intensif karena aktivitas infrastruktur,” tambahnya.

Ekspor yang melemah juga menjadi perhatian, terutama pada penurunan permintaan global dan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh secara lebih bertahap tahun ini berdasarkan keterangan IMF, 3,2% dibandingkan dengan prediksi sebelumnya 3,4%. (*) Ria Martati

 

Editor: Paulus Yoga

Paulus Yoga

Recent Posts

BI Waspadai Dampak Tarif AS, Fokus Jaga Stabilitas Rupiah

Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan terus memonitor perkembangan pasar global dan domestik pasca Presiden… Read More

11 hours ago

Komisi XI Wanti-Wanti Pemerintah Tak Gegabah Tanggapi Tarif Dagang 32 Persen AS

Jakarta - Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menegaskan pemerintah harus berhati-hati dalam menyikapi… Read More

17 hours ago

DPR Desak Pemerintah Dorong Reformasi WTO usai Tarif AS Naik 32 Persen

Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah untuk mendorong Organisasi… Read More

18 hours ago

DPR: Indonesia Jangan Jadi Sasaran Barang Buangan Akibat Kebijakan Trump

Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan daftar tarif dasar dan bea… Read More

1 day ago

Ekspor Terancam, Pemerintah Susun Langkah Hadapi Tarif AS

Jakarta - Pemerintah Indonesia segera menyiapkan langkah strategis untuk merespons kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan… Read More

1 day ago

Kadin Dorong Presiden Prabowo Negosiasi Tarif Impor AS dengan Trump

Jakarta – Kadin Indonesia meminta pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS), usai Donald Trump… Read More

2 days ago