DBS Indonesia Kucurkan Dana Hibah Rp100 Miliar Lebih ke Mitra NGO, Ini Peruntukannya

DBS Indonesia Kucurkan Dana Hibah Rp100 Miliar Lebih ke Mitra NGO, Ini Peruntukannya

Jakarta – PT Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation memberikan dana hibah sebesar SGD9 juta atau setara Rp100 miliar lebih kepada tiga mitra NGO, yakni The Asian Foundation, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial, serta Dicoding.

Pemberian dana hibah melalui program DBS Foundation Impact Beyond Award ditujukan kepada ketiga mitra strategis itu untuk tiga tahun ke depan guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat rentan di Indonesia termasuk perempuan, petani kecil, kaum muda, dan penyandang disabilitas.

Ini sekaligus adalah bagian dari realisasi komitmen DBS Group untuk mengalokasikan dana sebesar SGD1 miliar selama 10 tahun ke depan untuk mendukung komunitas rentan yang diumumkan pada tahun 2023 lalu.

“Di Bank DBS, kami beraspirasi untuk menjadi ‘Best Bank for a Better World’, yang mencerminkan komitmen kami untuk tidak hanya berfokus pada nasabah namun berkontribusi dan memberikan dampak pada bisnis, lingkungan, serta komunitas tempat kami berada,” tutur Lim Chu Chong, Presiden Direktur Bank DBS Indonesia, saat konferensi pers Impact Beyond Banking di Jakarta, Selasa, 21 Januari 2025.

Baca juga: Bank DBS Indonesia Jalin Kemitraan dengan Startup Agritech

Sementara itu, Head of Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia, Mona Monika menjelaskan bahwa DBS Foundation Impact Beyond Award sendiri adalah pilar ketiga dari pilar Sustainability DBS yang menyasar lingkungan di luar kerja perbankan.

“Ini masuk dalam program CSR beyond banking, dimana kita memberikan dana hibah ke wirausaha sosial, serta untuk proyek-proyek pengembangan seperti ini bersama NGO,” ujar Mona di kesempatan yang sama.

Mona menjelaskan, terpilihnya ketiga mitra NGO itu melalui proses pitching yang didasarkan pada data indeks, seperti tingkat kerendahan indeks ketahanan pangan, pendidikan, serta inklusi sosial.

“Karena ini perdana, kita melihat indeks. Misalnya, Kalimantan termasuk yang rendah, Kalimantan Barat yang terinklusi. Lalu, ketahanan pangan dan nutrisi yang terendah itu area timur Indonesia. Jadi, bagaimana kita menilai dan mengkurasi program mereka ialah berdasarkan data,” jelas Mona.

Ketimpangan sosial di Indonesia masih menjadi masalah yang memprihatinkan. Berdasarkan data dari Kementerian Sosial tahun 2022, Indeks Inklusivitas Indonesia tercatat rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Filipina, Vietnam, Singapura, dan Thailand.

Indonesia berada di peringkat 125 secara global dalam indeks tersebut, yang mencerminkan masih adanya kesenjangan besar dalam akses terhadap pendidikan, peluang ekonomi, hingga layanan keuangan.

Kondisi ketimpangan ini semakin terasa di Indonesia Timur. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat kerawanan pangan di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 14,68 persen, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 4,5 persen.

Baca juga: Kemiskinan Turun, Namun Ketimpangan Melebar, Begini Kata Menko Airlangga

Selain tantangan iklim, wilayah ini menghadapi keterbatasan infrastruktur, kurangnya akses dan pengetahuan tentang pangan bergizi, serta tingginya kesenjangan ekonomi.

Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah pemberdayaan masyarakat yang lebih merata dan inklusif agar tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan. (*) Steven Widjaja

Related Posts

Top News

News Update