Ilustrasi: Harga beras selama Oktober 2025 turun. (Foto: istimewa)
Jakarta — Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk mengevaluasi kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, lantaran pihak Kementerian Pertanian (Kementan) tidak memberikan data pangan sesuai dengan fakta dilapangan khususnya terkait dengan komoditas padi.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Eksekutif Pataka Yeka Hendra Fatika usai menyerahkan Petisi Ragunan yang diteken oleh puluhan orang dari kalangan organisasi, komunitas peternak dan petani kepada pihak Ombudsman RI, akhir pekan lalu (30/11) di Jakarta.
“Kami mewakili organisasi dan individu meneken Petisi. Kami menilai telah terjadi pembohongan data produksi pertanian yang dibuktikan oleh BPS. Atas dasar itu, kami meminta Presiden hentikan Mentan Amran Sulaiman sebagai konsekuensi logis,” ujar Yeka seperti dikutip di Jakarta, Senin, 3 Desember 2018.
Menurutnya, pernyataan surplus beras yang disampaikan Mentan tidak terbukti dengan data BPS. Bahkan dirinya melihat perbedaan data beras antara Kementan dengan data BPS pada 2018 mencapai 43 persen. Akibat pembohongan data ini, petani, peternak dan kementerian terkait salah melihat kondisi dan mengambil kebijakan perberasan saat ini.
“Surplus produksi beras yang disampaikan Kementan, selama 2016-2018, total surplus 44 juta ton. Kalau demikian kita seharusnya tak perlu tanam padi kalau surplus itu ada. Tetapi, faktanya ada impor 1,7 juta ton per tahun. Ini yang membuat akhirnya gamang. Januari 2019 bisa saja mengulang Januari 2018, saat itu kita impor 12.500 ton,” ucapnya.
Baca juga: Ombudsman Minta Kementan Fokus Saja ke Cadangan Pangan
Terlebih, kata dia, klaim fantastis dari pihak Kementan itu juga merambah di komoditas jagung. Meski BPS belum mengeluarkan data jagung, tetapi faktanya impor jagung dan peternak ayam kesulitan mencari sumber jagung yang berkualitas. “Jagung belum seperti beras ada data di BPS. Jangan sampai jagung seperti itu,” paparnya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi dalam kesempatan yang sama, merasakan kualitas pakan ternak setiap waktu semakin memburuk. Bahkan, kandungan kualitas jagung di pakan ternak juga ikut menurun, yang dari 50 persen menjadi 25 persen.
“Ini terkonfirmasi dari Asosiasi Pabrik Pakan. Ini berakibat ke mana? Khususnya ke produktivitas ayam-ayam yang kami pelihara. Dulu 5 kg jadi 1,5 kg per hari ini pertumbuhannya gara-gara jagung ini,” tambahnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Komisioner Ombudsman RI Alamsyah Saragih yang menerima audiensi dari kalangan petani dan peternak mengatakan, pihaknya sudah memprediksi akan terjadi permasalahan seperti ini. Sejak 2015, BPS memoratorium data beras, Mentan memang kerap menggembor-gemborkan data beras surplus.
Namun kenyataannya, jelas dia, kondisi pangan negara dalam kondisi yang mengkhawatirkan saat ini. Sedangkan mengenai petisi yang telah diberikan Pataka, lanjut Alamsyah, pihaknya akan mendalaminya. Namun, dirinya memastikan, akan menyampaikan kondisi data pangan ini kepada Presiden Joko Widodo. (*)
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More