Jakarta – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) kini menjadi satu-satunya pelopor utama sovereign wealth fund (SWF) milik pemerintah Indonesia. Danantara bahkan tercatat menempati peringkat keenam sebagai pengelola dana kekayaan negara terkuat du dunia, dengan total nilai asset under management (AUM) mencapai USD983 miliar.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Patria Sjahrir menegaskan bahwa “kebesaran” Danantara harus dikelola secara profesional dan berintegritas. Ia mengakui bahwa dalam proses perekrutan pemimpin, unsur kekeluargaan tak dapat dihindari, namun tetap menekankan pentingnya performa individu.
“The most important in market is we just have to perform and prove. Jadi, kalau mau dibilang ada (orang) titipan, kenal A, kenal B, semua kenal. Saya paham, saya berikan anda kesempatan, tapi anda harus perform,” tegasnya pada acara “Business Forum: Prospek Danantara Menuju Sovereign Wealth Fund Global Standard”, yang diadakan President Club dan Jababeka di Jakarta, Jumat, 20 Juni 2025.
Baca juga: Bos Danantara Ungkap Petunjuk dari Prabowo soal Pemilihan Pimpinan BUMN, Ini Bocorannya
Pandu menambahkan bahwa budaya kekeluargaan memang masih kental dalam praktik profesional di Indonesia. Namun, ia menilai bahwa seiring waktu, mereka yang tidak bisa menunjukkan performa akan tersisih dengan sendirinya.
Ia juga membagikan pengalamannya saat pertama kali ditunjuk sebagai salah satu pemimpin Danantara. Menurutnya, pesan dari ayah dan pamannya yang menekankan pentingnya menghindari konflik kepentingan menjadi prinsip yang ia pegang teguh.
“Jadi saya tak mau munafik. Saat saya dilantik pada 2024, di hari yang sama saya lepas dari semua perusahaan dan fund management saya. Saya ada 37 posisi semuanya saya lepas saat saya dilantik (di Danantara),” ucap Pandu.
Bangun Kepercayaan Pasar dengan Transparansi
Langkah tersebut, menurut Pandu, menjadi sinyal kuat bagi pasar bahwa ia ingin fokus membangun institusi.
Ia mengisahkan bagaimana kepercayaan pasar sempat anjlok ketika Danantara pertama kali diumumkan ke publik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan sempat jatuh ke level 4.700 karena kekhawatiran atas risiko, tata kelola, dan struktur kelembagaan.
“Jadi kita coba jelaskan, kita roadshow, kita jelaskan tujuan performance-nya. Kita ubah management dari perbankan, jumlah komisaris kita turunkan dari 11 ke 6, kompensasi pun kita ubah berdasarkan kinerja. Gaji komisaris BUMN kita turunkan dari 45 persen ke 20 persen,” sebutnya.
Baca juga: Aset Danantara Diproyeksi Tembus USD1 Triliun, Prabowo: Harus Dikelola Transparan dan Ketat
Pandu juga menyebut bahwa penilaian kinerja direksi kini didasarkan pada performa perusahaan BUMN di pasar saham. Hasilnya pun signifikan. Nilai saham perusahaan-perusahaan BUMN yang berada dalam pengelolaan Danantara tercatat meningkat hampir 30 persen sejak lembaga tersebut pertama kali diumumkan.
“Malah sekarang dibilang kalau ada Danantaranya, harga saham naik. Bingung kan. Dulu kalau ada Danantara, sahamnya turun. So, the most important in market is we just have to perform and prove, that’s it,” tegas Pandu.
“Jadi, dari sisi saya fokus pada bagaimana bisa membuat transparansi, memiliki internal policy. Kalau bisa dibilang Danantara itu the first exercise in human capital yang besar,” sambungnya.
Pandu juga berharap masyarakat dapat terlibat aktif dalam mengawasi Danantara serta perusahaan-perusahaan BUMN yang berada di bawah naungannya.
“Jadi, sudah tidak ada lagi tuh direktur yang main golf dari Senin sampai Jumat, karena semuanya diawasi oleh publik ini. Lalu, jumlah ajudan direktur itu juga kita kurangi,” tukas Pandu. (*) Steven Widjaja