Moneter dan Fiskal

Dampak Kebijakan Trump, Investasi Tiongkok Mengalir ke RI

Jakarta – Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan asal Tiongkok mendatangi Kementerian Perindustrian dengan tujuan memindahkan operasional industrinya ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Langkah tersebut diduga terkait dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), yang berencana memberlakukan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara, termasuk Tiongkok.

“Kami menduga bahwa mereka berpikir lebih baik memindahkan industrinya ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara agar kalau ekspor bisa langsung ke Amerika, tidak rugi seperti langsung ekspor ke China,” ujar Faisol dalam Sarsehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa, 3 Desember 2024.

Baca juga: Kembalinya Trump ke Gedung Putih jadi Ancaman China

Menurut Faisol, potensi perang dagang ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Di satu sisi, hal ini membuka peluang investasi yang besar, tetapi di sisi lain, Indonesia harus siap menyerap investasi tersebut dengan memperbaiki regulasi secara cepat.

“Karena perbaikan regulasi harus secepat mungkin kita lakukan dalam rangka melihat atau antisipasi perekonomian global ini,” jelasnya.

Sebelumnya, kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih diperkirakan akan memicu gejolak ekonomi global. Dalam masa kampanyenya, Trump menjanjikan tarif impor sebesar 10 persen untuk semua barang yang masuk ke AS dan 60 persen untuk produk dari China.

Baca juga: Siap-siap! Ketegangan AS-China Meningkat, Bankir Diminta Lakukan Ini

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyatakan bahwa perang dagang hanya akan merugikan semua pihak.

“Kami tidak menjawab pertanyaan hipotetis. Namun izinkan saya menegaskan kembali bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang, dan dunia juga tidak akan mendapat manfaat darinya,” katanya, dinukil VOA Indonesia, Selasa, 26 November 2024.

Ia juga menambahkan bahwa tarif tinggi dari AS dapat merugikan negara-negara yang tergantung pada ekspor. Namun, di sisi lain, negara-negara lain di Asia Tenggara berpotensi mendapatkan keuntungan dari peralihan produksi perusahaan China untuk menghindari tarif tersebut. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

6 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

12 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

12 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

13 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

13 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago