Jakarta – Jumlah mobil baru yang dibuat di Inggris turun ke level terendah dalam 66 tahun terakhir. Kondisi ini disinyalir disebabkan oleh minimnya upaya pemerintah dalam menarik minat industri manufaktur untuk memproduksi mobil.
Penurunan jumlah produksi mobil sampai 10% diyakini sebagai kinerja terburuk sejak 1956, berdasarkan laporan the Society of Motor Manufacturers and Traders, seperti dikutip dari BBC, Senin, 30 Januari 2023.
Kesulitan mendapatkan suku cadang karena pandemi dan kelangkaan semi konduktor telah menjadi kendala utama industri manufaktur mobil di seluruh dunia dalam beberapa waktu terakhir. Namun, di Inggris sendiri, banyaknya penutupan pabrik produksi mobil menjadi kendala tambahan bagi industri manufaktur mobil di sana.
Perusahaan-perusahaan mobil menyampaikan bahwa pemerintah Inggris belum memiliki strategi apapun dalam menarik minat perusahaan manufaktur mobil untuk melakukan produksi. Sebagai respon, pemerintah Inggris menyatakan pihaknya sudah memiliki komitmen yang kuat untuk memastikan Inggris tetap menjadi lokasi favorit industri manufaktur mobil.
Secara total, Inggris memproduksi 775.014 mobil tahun lalu, turun dari 1,3 juta produksi saat sebelum pandemi. Produksi mobil di Inggris juga tercatat terus mengalami penurunan setiap tahunnya sejak Inggris memilih untuk berpisah dari European Union di 2016.
Para pelaku manufaktur berharap industri mobil di Inggris dapat berakselerasi kembali, namun untuk membuatnya kembali ke level produksi sebelum pandemi, dibutuhkan investasi dalam jumlah besar dan produsen-produsen mobil baru untuk datang ke Inggris.
Lebih lanjut, para pelaku manufaktur menambahkan bahwa Inggris memang tertinggal dalam hal produksi jumlah mobilnya, khususnya dalam hal penawaran bantuan negara terhadap industri manufaktur. Hal yang kontras terjadi di Amerika Serikat (AS), dimana AS sedang merencanakan untuk menyalurkan dana miliaran dolar, mensubsidi produsen-produsen mobil yang membuat mobil listrik.
Mike Hawes selaku chief executive of industry body di SMMT mengatakan bahwa hal tersebut akan menarik banyak investasi dari dunia internasional, dan akan memukul industri mobil Inggris lebih dalam lagi.
“Inggris membutuhkan sesuatu yang mendemonstrasikan negara ini terbuka terhadap bisnis, dan terbuka untuk investasi-investasi tersebut,” ujar Mike, seperti dikutip dari BBC.
Data-data produksi juga terdampak oleh penutupan pabrik Honda di Swindon pada Juli 2021 dan fakta bahwa Vauxhall Astras belum dibuat di Ellesmere Port sejak April 2022. Mike mengatakan, data-data yang ada menunjukkan bagaimana sukarnya industri manufaktur mobil di Inggris selama 2022, meskipun negara itu telah memproduksi kendaraan listrik lebih banyak daripada sebelumnya. Dengan hampir sepertiga jumlah mobil yang ada saat ini di Inggris adalah mobil full listrik atau hybrid.
Ia pun memperingatkan bahwa Inggris tinggal punya beberapa tahun lagi untuk membalap ketertinggalan yang ada. “Kita butuh untuk berada di garda terdepan dalam memastikan kita memiliki serangkaian strategi untuk menarik investasi ke dalam negeri.”
Ia juga menambahkan bahwa Inggris sebenarnya telah diuntungkan dengan banyaknya tenaga kerja terlatih dan pakar engineering. (*) Steven Widjaja
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama anggota Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa, data perdagangan saham pada pekan ini,… Read More
Bangkok – Perkembangan layanan pembayaran non tunai alias QR Code di Negeri Gajah Putih begitu… Read More
Jakarta – BNI Asset Management atau BNI AM kembali berkolaborasi dengan Mandiri Sekuritas menyelenggarakan kegiatan… Read More
Jakarta – PTPN Group bersama kementerian dan sejumlah institusi berkolaborasi meluncurkan program “Manis Swasembada Gula”.… Read More
Jakarta – Bangkok Bank sukses mengakuisisi 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan… Read More