Jakarta – Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp569 miliar pada triwulan I-2023, atau meningkat sebesar 52% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hingga triwulan I-2023, Citi mencatat jumlah kredit secara keseluruhan sebesar Rp700 miliar, atau menurun 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah kredit Institutional group meningkat sebesar 2,5% yoy.
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi mengungkapkan, kondisi global masih menantang yang dikarenakan oleh dampak inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga di sejumlah negara. Namun, Indonesia masih tetap tangguh dan diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang kuat di tahun 2023.
“Citi Indonesia terus menunjukan kinerja keuangan yang kuat pada kuartal pertama tahun ini. Laba bersih kami meningkat 52% diiringi dengan pertumbuhan aset sebesar 14,4% karena peningkatan momentum bisnis,” ujar Batara, Senin, 15 Mei 2023.
Kemudian, total Aset Citi Indonesia meningkat sebesar 14,4% secara year-on-year menjadi Rp101,7 triliun, terutama ditopang dengan kenaikan dana pihak ketiga yang tumbuh 14%.
Rasio Kecukupan Likuiditas (LCR) dan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat di 342% dan 153%, di atas ketentuan minimum. Citi Indonesia juga memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 30%. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross tercatat turun dari 3% menjadi 2,8% di kuartal pertama 2023.
“Kami terus memastikan kecukupan pencadangan kerugian penurunan nilai kredit yang memadai melalui rasio net NPL yang turun dari 0,26% menjadi 0,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kami yakin bahwa kualitas portfolio kredit tetap dalam kondisi baik melalui penerapan asas kehati- hatian dalam manajemen risiko, terutama dalam menghadapi perekonomian yang menantang saat ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Citi Commercial Bank membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 21% sepanjang kuartal pertama 2023. Pertumbuhan tersebut terutama berasal dari klien-klien multinasional dan solusi manajemen kas. Pertumbuhan ini menjadi bukti kerangka bisnis yang kuat yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS) Citi Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan di kuartal pertama tahun ini. Volume pembayaran meningkat 24% untuk mata uang lokal dan asing, dengan total simpanan dana pihak ketiga meningkat 25% dan 15% di current account.
“Meningkatnya jumlah pemasok dan transaksi dari klien besar yang didukung oleh platform digital untuk memudahkan proses transaksi antara pemasok dan pembeli juga mendorong pertumbuhan aset pembiayaan rantai pasok (Supply Chain Financing) sebesar 20% dengan omset tahunan mencapai lebih dari USD1 miliar. Bersamaan dengan itu, penggunaan kartu kredit korporasi Citi juga mengalami pertumbuhan double digit seiring aktivitas masyarakat yang berangsur normal pasca Covid-19,” jelasnya.
Citi Indonesia juga melihat pertumbuhan pesat dalam hal penggunaan dan jumlah transaksi di platform perbankan korporat berbasis web, CitiDirect. Hampir seluruh transaksi pengiriman dana atau sebesar 99% telah dilakukan melalui platform elektronik sehingga jumlah transaksi yang mencakup pemindahan dana di dalam dan luar negeri terus meningkat.
Untuk lini bisnis Retail Banking, Citi Indonesia juga berhasil mempertahankan pertumbuhan transaksi perbankan digital. Transaksi digital untuk produk investasi tumbuh 3% pada kuartal pertama 2023.
Di periode yang sama, penggunaan digital untuk produk pinjaman meningkat 2% dengan pertumbuhan penjualan mencapai 8%. Hal ini menjadikan kanal digital sebagai salah satu penunjang pertumbuhan bisnis, dan menguatkan misi kami untuk meningkatkan inklusi digital.
Kemudian, Citibank juga menjadi salah satu mitra distribusi SR018 yang diluncurkan pemerintah Indonesia pada bulan Maret 2023 dengan total penjualan lebih dari Rp200 milliar.
Selama kuartal pertama tahun ini, Citi terlibat dalam beberapa transaksi penting, seperti penerbitan obligasi senilai USD300 juta dengan tenor tiga tahun untuk Bank Mandiri, serta ditunjuk sebagai salah satu Koordinator Global untuk penawaran umum perdana (IPO) PT Trimegah Bangun Persada, Tbk atau Harita Nickel, dimana ini menjadi transaksi IPO terbesar di industri logam dan pertambangan di Asia sejak Maret 2011.
Selain itu, Citi Indonesia juga meluncurkan Program Pembiayaan Distribusi senilai Rp465 miliar (USD30 juta) dengan PT Syngenta Indonesia. Ini menjadi program Pembiayaan Distribusi pertama Citi di wilayah Asia Tenggara dan mengukuhkan rekam jejak Citi dalam menyediakan solusi keuangan yang inovatif bagi klien.
Global Subsidiaries Group pun terus membukukan pertumbuhan baik sebesar 19% di kuartal pertama tahun 2023 di tengah kondisi pasar yang menantang. Hal ini tercapai melalui beragam inisiatif, termasuk koridor Asia-ke-Asia dari klien Asia kami yang berinvestasi di Indonesia, meningkat 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More