Jakarta–Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi bersaing yang kuat untuk dapat menjadi hub perdagangan produk keuangan syariah termasuk reksa dana syariah global.
Produk reksa dana syariah sendiri telah ada sejak tahun 1997, namun hingga saat ini nilai aktiva bersih bagi reksa dana syariah di Indonesia baru mencapai 7% dari Malaysia. Indonesia telah beberapa kali menjadi penerbit sovereign sukuk namun penjualan secara korporat juga masih relatif kecil. Dari sisi pertumbuhan Islamic Banking, Indonesia masih pada kisaran 5%, dibandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 20%.
Melihat potensi ini dan dalam rangka meningkatkan daya tarik pasar investasi reksadana di Indonesia, khususnya terhadap produk syariah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan peraturan mengenai Penerbitan dan Persyaratan Syariah. Peraturan ini membuka pintu bagi reksa dana berbasis efek syariah global yang mana investasi pada portofolio luar negeri diperbolehkan pada minimal 51%, bahkan maksimal 100%.
Inisiatif ini disambut secara positif oleh para pelaku pasar modal di Indonesia, dimana pada bulan Februari telah diluncurkan 3 produk reksadana syariah global yaitu BNP Paribas Cakra Syariah USD, Manulife Saham Syariah Asia Pacific Dolar (MANSYAF) dan Schroder Global Sharia Equity Fund USD.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada April 2016 terdapat 101 reksa dana syariah dengan jumlah nilai aktiva bersih (NAB) sebesar Rp9,3 triliun, dimana pada 2011 jumlahnya hanya mencapai 50 reksa dana dengan NAB sebesar Rp5,5 triliun. Data tersebut memperlihatkan jumlah reksa dana syariah di Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang, dengan semakin bertambahnya masyarakat yang mengenal dan peduli akan produk investasi syariah, khususnya reksa dana.
Melalui jaringan global di lebih dari 100 negara, Citi dipercaya untuk menjadi administrator lokal dan bank kustodian global bagi ketiga produk pelopor reksa dana berbasis syariah tersebut.”Kami sangat bangga dapat menjadi bagian dari terobosan yang menawarkan berbagai peluang baru bagi investor lokal untuk dapat mengakses pasar modal di seluruh dunia. Sesuai dengan prinsip Citi yaitu enabling growth and progress, kami mendukung penuh perkembangan pasar modal di Indonesia, melalui inovasi dan layanan yang terintegrasi serta jaringan global yang kami miliki,” Chief Executive Officer Citi Indonesia, Batara Sianturi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 14 Juni 2016.
Sebagai salah satu pemain utama di industri keuangan, Citi memberikan layanan prima pada para manajer investasi termasuk dalam hal Jasa Valas, penitipan Langsung dan Kliring. Dengan AUM di Market & Securities Services Indonesia yang mencapai USD40 miliar, ditunjang dengan inovasi dan layanan yang terintegrasi serta jaringan global yang dimiliki, Citi memiliki kemampuan untuk menjadi mitra strategis dalam penyediaan jasa agen penjual, jasa bank kustodian dan jasa treasury yang sesuai dengan perkembangan industri pasar modal lokal maupun internasional.
Country Head Securities Services Citi Indonesia Imelda Sebayang, mengungkapkan ke depan produk ini akan menjadi alternatif investasi yang lucrative. “Dengan kekuatan Citi dalam memberikan solusi terintegrasi berskala global dengan akses pasar modal internasional, Citi akan terus berkomitmen untuk menjadi rekan strategis OJK dan para pemangku kepentingan dan pelaku usaha dalam memajukan pasar modal Indonesia untuk menjadi yang terdepan dalam kompetisi di pasar modal internasional,” tambahnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) BCA Life, Christine Setyabudhi menyampaikan sambutan saat peluncuran… Read More
Jakarta - Bank Perekonomian Rakyat Syariah Seluruh Indonesia (HIMBARSI) meresmikan Alfi Wijaya sebagai ketua umum… Read More
Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun 2025 diprediksi akan memberikan tekanan besar… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) pada Oktober 2024 tercatat sebesar USD423,4 miliar… Read More
Jakarta – Demi meredam dampak atas kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun… Read More
Jakarta – Mengelola likuiditas menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dengan banyak rekening operasional, terutama yang… Read More